digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sebagai salah satu perusahaan minyak terbesar dan telah beroperasi hampir seratus tahun di Indonesia, PT BELVIS membagi dua area kerja yaitu Sumatera Light Oil (SLO) dan Heavy Oil Opertion (HOO). Pada tahun 1980-an produksi minyak harian PT BELVIS pernah mencapai 1 juta barrel per hari, dan ini memposisikan PT BELVIS menjadi pemimpin perusahaan minyak dan gas di Indonesia dengan produksi komulatif lebih dari sepertiga produksi minyak harian nasional Indonesia. Wells adalah salah satu department di PT BELVIS dimana ruang lingkup pekerjaannya adalah melakukan perencanaan dan kegiatan operasi pemboran, perawatan, pemeliharan dan perbaikan sumur. PT BELVIS memiliki lebih dari sepuluh ribu sumur yang tersebar di lapangan-lapangan minyak yang ada di wilayah kerja Sumatera. Dan sumur-sumur tersebut ada yang masih aktif berproduksi dan ada juga yang sudah tidak lagi aktif. Dalam melakukan kegiatan operasi perawatan sumur, PT BELVIS menggunakan sebuah rig. Type rig yang dipakai dalam proses perawatan sumur berupa rig dengan type Single Rig dan Double Rig. Yang membedakan kedua type rig tersebut adalah pada efisiensi instalasi dan kecepatan penyelesaian suatu pekerjaan perawatan sumur. Single rig mempunyai keunggulan proses instalasi yang cepat karena hanya memiliki satu Menara bor dibandingkan dengan double rig yang memiliki 2 bagian menara, upper dan lower mast. Dengan keunggulan ini membuat Single Rig mempunyai waktu instalasi rig yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan type Double Rig. Sementara keunggulan dari type Double Rig terletak pada kemampuan mencabut pipa sekali jalan 2 sambungan. Dipasaran lokal maupun nasional, type Single Rig ini tidak umum dimiliki oleh operator minyak maupun oleh rig contractor lain. Sementara Single Rig yang dimiliki oleh PT BELVIS sudah tidak efisien. Dengan pertimbangan efisiensi dan safety, PT BELVIS membuat keputusan untuk tidak melanjutkan penggunaan type Single Rig sebagai pendukung dalam operasi perawatan sumurnya. Dengan kondisi ini waktu yang untuk menyelesaikan pekerjaan perawatan sumur akan terganggu dan bisa menyebabkan pekerjaan perawatan sumur tidak ekonomis. Dengan menggunakan metode Lean Six Sigma, dibuat penelitian untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Metode ini menggunakan roadmap proses sistematis yaitu Define, Measure, Analyze, Improve and Control atau yang sering dikenal sebagai DMAIC. Proyek ini dimaksudkan untuk mempertahankan cycle time yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan perawatan sumur tetap kompetitif secara ekonomi dengan dihilangkannya operasi type Single Rig. Dari penelitian ini didapatkan bahwa proses penyelesaian perawatan sumur dengan menggunakan double rig equipment masih dapat memberikan efisiensi cycle time sebesar 12.3 jam per pekerjaan perawatan sumur dibandingkan dengan sebelum inisiatif dijalankan yaitu sebesar 16.5 jam per pekerjaan perawatan sumur. Hal ini memberikan revenue kepada perusahaan sebesar US$ 1,59 juta dalam rentang May 2021 sampai dengan April 2022.