digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Ardian Toni Yulianto
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Ardian Toni Yulianto
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Ardian Toni Yulianto
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Ardian Toni Yulianto
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Ardian Toni Yulianto
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Ardian Toni Yulianto
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Ardian Toni Yulianto
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

Pasar modal telah menjadi salah satu instrument investasi yang paling menarik di Indonesia. Pasar modal di Indonesia telah berkembang pesat. Pertumbuhan pada tahun 2006 lebih besar daipada pertumbuhan di tahun 2005. Hal itu berlanjut di tahun 2007, pada tahun itu IHSG meningkat 52% daripada IHSG tahun 2006. Hal itu menjadikan IHSG sebagai index yang mempunyai kinerja paling baik di Asia Tenggara dan menjadi terbaik ketiga di dunia setelah Shanghai composite index dan Hangseng. Tetapi pada awal tahun 2008, pergerakan dari IHSG menghadapi beberapa ancaman dari perubahan makro ekonomi. Makro eonomi dunia menjadi tidak menentu dan mengalami perlambatan.Hampir semua negara di dunia menagalami perlambatan ekonomi. Hal itu disebabkan karena krisis keuangan dan ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat. Krisis keuangan tersebut disebabkan karena krisis subprime mortgage yang terjadi di Amerika Serikat. Krisis subprime mortgage menyebabkan beberapa perusahaan besar mengalami kerugian yang besar dan terancam bangkrut. Tidak hanya itu, kerugian tersebut menyebabkan banyaknya penagangguran di Amerika Serikat, produksi dalam negeri juga mengalami penurunan dan mata uang dolar juga mengalami penurunan. Penurunan mata uang dolar ini menyebabkan harga komoditas seperti batu bara dan CPO mengalami kenaikan karena banyak penanam modal yang beralih ke pasar komoditas, hal ini mengalibatkan terjadinya inflasi. Penulis juga melakukan analisa terhadap makro ekonomi Indonesia. Makro ekonomi Indonesia juga mengalami perlambatan tetapi tidak terlalu signifikan karena terdersifikasinya ekspor. Kenaikan harga komoditas juga menyebabkan kenaikan harga komoditas di dalam negeri. Hal ini menyebabkan naiknya tingkat inflasi yang akan mendorong kenaikan suku bunga untuk menahan laju inflasi tersebut. Nilai tukar rupiah cenderung stabil karena pelamahan mata uang dolar Amerika Serikat, Penulis juga melakukan analisa industi di pasar modal Indonesia. Dalam analisa ini, penulis mendapatkan bahwa industri pertambangan dan industri perkebunan menjadi industri yang paling bagus di kondisi ekonomi seperti sekarang ini karena ada kenaikan harga komoditas. Di dalam analisa rasio keuangan, penulis mendapatkan bahwa BUMI dan PTBA menjadi yang terbaik di industri pertambangan. Sedangkan, AALI dan LSIP menjadi yang terbaik di industri perkebunan. Berdasarkan penilaian harga wajar saham, BUMI dan ITMG menjadi yang terbaik di sektor pertamabnagan dimana mempunyai harga wajar yang lebih rendah daripada harga saham di pasar. Semua saham perkebunan menjadi yang terbaik di sektor perkebunan. Berdasarkan kedua analisa itu, penulis merekomendasikan memilih BUMI di industri pertambangan karena konsisten menjadi yang terbaik. Sedangkan AALI di industri perkebunan Penulis juga melakukan analisa tehnik baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek untuk mengetahui kapan harus membeli dan menjual. Penulis mendapatkan bahwa analisa tehnik untuk jangkang panjang lebih cocok untuk investor dan jangka pendek untuk trader. Di dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, baik penanam modal dan trader lebih baik menggunakan analisa tehnik untuk jangka pendek. Untuk membeli saham sebaiknya saat analisa fundamental dan analisa tehnik mendukung satu sama lain