digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Andri Ramdhani
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

COVER Andri Ramdhani
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 1 Andri Ramdhani
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 2 Andri Ramdhani
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 3 Andri Ramdhani
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 4 Andri Ramdhani
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 5 Andri Ramdhani
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 6 Andri Ramdhani
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

PUSTAKA Andri Ramdhani
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

Dalam penelitian disertasi ini, pengaruh siklon tropis dan Madden Julian Oscillation (MJO) terhadap potensi kejadian gelombang tinggi (> 2 m) di perairan Indonesia bagian dalam telah dikaji dengan menggunakan data gelombang hindcast hasil simulasi model gelombang Wavewatch III (WW3) dengan angin permukaan cross-calibrated multi-platform (CCMP) sebagai masukan model selama periode tahun 1988-2011 (24 tahun). Data hindcast selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode statistik. Tinggi gelombang signifikan yang dihasilkan model WW3 di perairan Indonesia bagian dalam menunjukkan kesesuaian yang baik ketika divalidasi terhadap data buoy dari project Sea Watch Indonesia dan satelit altimetri Topex. Hal ini ditunjukkan dengan nilai bias dan RMSE yang rendah. Validasi terhadap data buoy menghasilkan nilai bias (0,12 - 0,21 m) dan RMSE (0,14 – 0,26 m), sedangkan validasi terhadap data satelit altimetri nilainya masing-masing adalah 0,02 - 0,06 m (bias) dan 0,2 – 0,5 m (RMSE). Tinggi gelombang signifikan hasil luaran model sesuai dengan pola data pengamatan, terutama untuk ketinggian > dari 1,0 m. Namun, validasi hasil model kurang baik untuk tinggi gelombang < 1,0 m, khususnya di perairan dekat pantai. Walaupun demikian, karena pada penelitian ini fokus kajiannya pada kejadian gelombang tinggi > 2,0 m, maka data gelombang hindcast dari simulasi model WW3 ini valid untuk digunakan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tinggi gelombang di perairan Indonesia bagian dalam lebih dipengaruhi oleh ombak (wind sea) dibandingkan oleh alun (swell), hal ini terlihat dari nilai koefisien korelasi antara kecepatan angin lokal dengan tinggi gelombang di perairan Indonesia bagian dalam mencapai 0,8. Panjang fetch dan durasi tiupan angin lokal yang terkait dengan monsun sangat mempengaruhi besarnya tinggi gelombang yang terjadi. Intensitas tinggi gelombang pada periode monsun Asia (Desember-Januari-Februari / DJF) dan monsun Australia (Juni-Juli-Agustus / JJA) lebih tinggi dibandingkan pada musim peralihan, yaitu bulan Maret-April-Mei (MAM) dan September-Oktober- November (SON). Gelombang dengan ketinggian ? 3 m berpotensi terjadi pada ii periode DJF di perairan Indonesia bagian dalam, seperti Laut Jawa, Laut Flores, Laut Banda, dan Laut Arafuru. Analisis lebih lanjut telah dilakukan untuk memahami bagaimana atau kapan modulasi oleh siklon tropis dan MJO terhadap monsun dapat memodifikasi panjang dan durasi fetch yang dapat mempengaruhi terjadinya gelombang tinggi tinggi di perairan Indonesia bagian dalam. Dari hasil analisis diketahui bahwa siklon tropis yang tumbuh di utara perairan Indonesia (Samudra Pasifik Barat Laut) dapat berdampak terhadap pembentukan gelombang tinggi di perairan Indonesia bagian dalam jika memenuhi kriteria: (1) periode kejadian siklon pada bulan Juli dan Agustus; (2) kategori kekuatan siklon ? 4 (kec. angin maksimum: 70 m/s) ; dan (3) jalur lintasan siklon ke utara menuju Laut China Timur. Sementara itu, untuk siklon tropis yang tumbuh di selatan perairan Indonesia (Samudra Hindia), kriteria yang harus dipenuhi adalah: (1) siklon terjadi pada periode DJF; (2) kategori kekuatan siklon ? Tropical Storm (TS / kec. angin maksimum: 32 m/s); dan (3) jalur lintasan siklon menuju pantai Barat Australia (Samudra Hindia Tenggara). Hasil analisis selanjutnya menemukan bahwa MJO juga berdampak terhadap pembentukan gelombang tinggi di perairan Indonesia bagian dalam apabila dalam kondisi: (1) MJO berada pada fase 5; (2) periode kejadian DJF; (3) indeks MJO ? 2; dan (4) durasi MJO lebih dari 5 hari. MJO yang memenuhi kriteria tersebut akan semakin kuat pengaruhnya jika pada saat yang bersamaan tumbuh siklon tropis di Samudra Hindia dengan arah lintasan menuju pantai barat Australia (Samudra Hindia Tenggara). Namun sebaliknya, jika MJO tersebut terjadi pada periode JJA justru akan melemahkan intensitas gelombang, walaupun pada saat yang sama tumbuh siklon di utara perairan Indonesia (Samudra Pasifik Barat Laut). Kesimpulan umum disertasi ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Kejadian gelombang tinggi di perairan Indonesia bagian dalam dipengaruhi oleh monsun sebagai pembangkit utama yang diperkuat oleh siklon tropis yang jauh (remote tropical cyclone) dan MJO pada fase 5. Interaksi tersebut dapat dipakai dalam menduga potensi kejadian gelombang tinggi di perairan Indonesia bagian dalam.