digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Andre Muhamad Wijaya
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Spesies tumbuhan asing invasif (IAS) dapat memberikan dampak negatif secara ekologi, ekonomi, dan kesehatan. Di Indonesia saat ini, tumbuhan IAS telah menginvasi kawasan konservasi seperti Taman Nasional Baluran, Cagar Alam Pananjung Pangandaran dan Cagar Alam Gunung Tilu (CAGT). Fragmentasi kawasan di CAGT karena aktivitas manusia terjadi dengan intensitas yang sangat tinggi sehingga konversi hutan dapat mendorong kolonisasi IAS di kawasan ini. Oleh karenanya, penelitian ini dilakukan untuk menginventarisasi tumbuhan asing invasif di CAGT Blok Gambung Kabupaten Bandung sebagai informasi penting untuk pengelolaan kawasan. Survey tumbuhan dilakukan di lokasi dengan tiga macam intensitas gangguan, yaitu gangguan tinggi (HGT), sedang (HGS), dan rendah (HGR). Nested plot berukuran 20 × 20 m2 (6 plot) diletakkan semi acak untuk mencatat tumbuhan dengan bentuk hidup pohon, subplot 10 × 10 m2 (6 plot) digunakan untuk mencatat pohon dengan tahapan hidup tiang; subplot 5 × 5 m2 (12 plot) untuk bentuk hidup perdu dan tahapan hidup pancang, subplot 1 × 1 m2 (48 plot) untuk herba dan semai. Data tumbuhan yang dicatat adalah nama spesies, diameter setinggi dada (DBH) untuk pohon, kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. Suhu udara (oC), kelembapan udara (%), intensitas cahaya (lux), dan pH tanah diukur sebanyak 3 kali di masing-masing plot. Tumbuhan diidentifikasi menggunakan buku Flora Pegunungan Jawa. Tumbuhan invasif diklarifikasi menggunakan data global dari situs Commonwealth Agricultural Bureaux International (CABI), dan Global Invasive Species Database (GISD). Sebanyak 72 spesies (39 famili) yang terdiri dari 37 spesies pohon; 8 spesies perdu; dan 27 spesies herba ditemukan di enam plot penelitian. Tumbuhan ini dapat dikelompokkan menjadi: Native Species (NS; 79 %), Invasive Alien Species (IAS; 15%), Invasive Native Species (INS; 4%), dan Alien Noninvasive Species (ANS; 2%). Dari hasil penelitian ditemukan 11 tumbuhan IAS dengan habitus pohon yaitu Cinchona pubescens (INP tiang = 103,17% (HGS), dan INP pancang = 39,41% (HGS)), Calliandra calothyrsus (INP pancang = 53,53% (HGS)), dan Leucaena leucocephala (INP pancang = 10,75% (HGS)). Perdu IAS yaitu Austroeupatorium inulifolium (INP = 92,76% (HGR)). Herba IAS yang ditemukan sebanyak tujuh spesies: Ageratina riparia (INP = 36,59% (HGT); 71,82% (HGS); 40,09% (HGR)), Cyperus rotundus (INP = 4,99% (HGT); 3,77% (HGS); 10,90% (HGR)), Ageratum conyzoides (INP = 55,06% (HGT)), Syngonium podophyllum (INP = 16,50% (HGS)); Brachiaria mutica (INP = 31,31% (HGS)), Impatiens platypetala (INP = 19,67% (HGT)), dan Drymaria cordata (2,86% (HGT)). Tumbuhan IAS tersebut paling banyak ditemukan di plot dengan intensitas gangguan tinggi (5 spesies) dan gangguan sedang (7 spesies) dikarenakan aktivitas antropogenik seperti perkebunan dan pembangunan jalan raya. Keberadaan IAS di CA. Gunung Tilu perlu dikelola agar tidak terjadi peningkatan jumlah IAS yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan mengancam keanekaragaman spesies lokal.