ABSTRAK Rian Guhyawijaya Sri Mahabrata
PUBLIC Resti Andriani BAB 1 Rian Guhyawijaya Sri Mahabrata
PUBLIC Resti Andriani BAB 2 Rian Guhyawijaya Sri Mahabrata
PUBLIC Resti Andriani BAB 3 Rian Guhyawijaya Sri Mahabrata
PUBLIC Resti Andriani BAB 4 Rian Guhyawijaya Sri Mahabrata
PUBLIC Resti Andriani BAB 5 Rian Guhyawijaya Sri Mahabrata
PUBLIC Resti Andriani BAB 6 Rian Guhyawijaya Sri Mahabrata
PUBLIC Resti Andriani PUSTAKA Rian Guhyawijaya Sri Mahabrata
PUBLIC Resti Andriani
Block caving merupakan metode penambangan bawah tanah yang memanfaatkan
proses ambrukkan batuan dalam kegiatan ekstraksi bijih. Metode ini dapat
memengaruhi batuan yang berada di sekitar ambrukkan mengalami redistribusi dan
konsentrasi tegangan. Deep Mill Level Zone (DMLZ) yang menerapkan metode
block caving dalam proses penambangannya tersusun atas batuan keras dan terletak
di kedalaman ±1.700 m dari permukaan tanah sehingga terowongan yang berada di
dalamnya berpotensi mengalami brittle failure/spalling. Rekahan yang terbentuk
dapat menyebabkan massa batuan mengalami pengembangan volume (bulking),
fenomena ini dapat diindikasikan dengan adanya deformasi di sekitar batas galian.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan tegangan terinduksi
seiring dengan kemajuan cave terhadap deformasi terowongan di tambang bawah
tanah DMLZ berdasarkan hasil pengamatan pada Drill Drift 25W yang terletak di
litologi skarn. Deformasi ini ditunjukkan dengan adanya displacement relatif di
batas galian yang dapat diamati menggunakan convergence meter. Berdasarkan
konsep pengembangan volume massa batuan yang mengalami spalling,
displacement merupakan fungsi dari depth of failure (Df). Hubungan antara depth
of failure dengan rasio tegangan in-situ maksimum per kuat tekan batuan dapat
ditentukan melalui analisis empirical, analytical, numerical, serta beberapa
modifikasi guna menyesuaikan kondisi lapangan (adjustment).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa displacement akan semakin membesar
seiring dengan semakin mendekatnya cave ke terowongan, hal ini berkorelasi
positif dengan semakin meningkatnya tegangan yang bekerja di sekitar galian. Dari
analisis depth of failure, zona runtuh di sekitar galian dapat dimodelkan secara
numerik menggunakan perilaku batuan Cohesion Weakening and Frictional
Strengthening (CWFS) dengan massa batuan akan mulai mengalami spalling saat
tegangan maksimum yang diterimanya mencapai ±45% UCS dan akan
mengembang sebesar ±5% Df. Untuk mengantisipasi terjadinya displacement yang
melebihi ambang batas kapasitas ground support-nya, diperlukan support
maintenance supaya kestabilan dan faktor keamanan terowongan tetap terjaga.