digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Syahreza Ishak
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Tahun 2020 merupakan tahun yang diisi begitu banyak tantangan dan rintangan baru akibat munculnya virus covid -19 yang menyebabkan roda dunia berhenti berputar, khususnya dalam dunia pendidikan dimana semua kegiatan pembelajaran offline dialihkan menjadi online guna mengontrol dan memutus rantai penyebaran virus COVID-19. Namun setelah 2 tahun secara bertahap dilakukan transisi menjadi metode hibrida yakni yakni gabungan antar offline dan online. Kegiatan pembelajaran hibrida menganut berbagai macam protokol kesehatan dan pembatasan yang harus diikuti oleh semua personnel untuk menghindari penyebaran virus seperti penggunaan masker dan duduk berjarak. Walaupun demikian, pada pembelajaran hibrida ini, mahasiswa yang berada di kelas serta pemateri harus menggunakan masker ditambah dengan face shield jika diperlukan yang akan menghambat proses transfer ilmu karena kualitas suara ucap oleh pemateri akan berkurang dari segi kejelasan, tingkat tekanan suara, serta sound pressure level (SPL). Penelitian ini berfokus pada karakteristik atenuasi masker saat pembelajaran hibrida baik secara online maupun offline. Beberapa jurnal penelitian yang dirujuk oleh penulis [(Caniato, Marco. 2021), (TheA Knowles, Gursharan Badh. 2022)] menunjukkan bahwa atenuasi akustik masker dipengaruhi oleh persentase efektivitas filtrasi masker, jumlah lapis masker, penambahan face shield, serta berbagai macam kombinasi masker yang diuji coba pada penelitian ini. Penelitian ini pula bertujuan untuk mengevaluasi dan mengkarakterisasikan pengaruh penggunaan berbagai macam variasi masker dengan dan tanpa face shield terhadap perubahan sound pressure level (SPL) pada jarak pengukuran yang berbeda-beda. Pada eksperimen ini, terdapat 3 jarak pengukuran antar sumber suara (artificial mouth) dengan penerima (microphone). Jarak pengukuran pertama (10cm) ditetapkan guna mensimulasikan kondisi kelas online dengan asumsi pembicara / dosen menggunakan close-miking. Sedangkan kedua jarak lainnya (1,8m & 3,8m) ditetapkan guna menggambarkan kondisi percakapan pengucap kepada pendengar di kelas pada jarak duduk dekat (< 3 m), yang diwakili oleh perekaman pada jarak 1.8 m, serta pada jarak duduk jauh (3 - 5 m), yang diwakili oleh perekaman pada jarak 3.8 m. Penelitian dilakukan di ruangan lab anechoic di gedung CAS ITB menggunakan perangkat lunak RTA (FFT analyzer) yang terhubung dengan artificial mouth, soundcard, amplifier, dan mic. Artificial mouth berperan sumber suara (output) yang mengeluarkan white noise dan microphone berperan sebagai alat perekam (input). Pada setiap titik pengukuran dilakukan pengambilan data dengan 10 variasi dan kombinasi masker untuk skenario kelas online, dan 19 variasi dan kombinasi masker untuk skenario kelas offline. Pengambilan data untuk kedua skenario hampir sama, namun yang membedakan hanyalah jarak pengukuran antar kelas online dan kelas offline. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan tingkat energi suara dan sound pressure level (SPL) menurun seiring dengan bertambahnya jarak antar artificial mouth dengan microphone, persentase efektivitas filtrasi masker yang semakin tinggi, bertambahnya lapis masker, serta penambahan face shield.