digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rosa Andriani
PUBLIC Dwi Ary Fuziastuti

Berita pada akhir tahun 2019 mengenai kasus Asabri dan Jiwasraya telah menjadi mega skandal BUMN di Indonesia. Kasus ini menyebabkan kerugian terhadap perekonomian negara hingga triliunan rupiah akibat adanya investasi saham yang tidak likuid dan gorengan. Saham tidak likuid merupakan saham yang tidak aktif diperdagangan, ditandai dengan tidak selalu ada antrian order pada fraksi-fraksi harga di harga permintaan (bid price) maupun penawaran (offer price). Adapun saham gorengan merupakan saham dengan volatilitas harga yang tinggi karena adanya rekayasa yang dilakukan oleh pelaku pasar dengan tujuan tertentu. Sebagai seorang investor biasanya akan menghindari kedua jenis saham ini karena terlalu berisiko dengan tidak mempunyai fundamental yang baik dan masuk kedalam pergerakan perdagangan saham yang tidak biasa (unusual market activity). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dikaji risiko dan return yang optimum pada kasus Asabri dan Jiwasraya dengan menggunakan Model Portofolio Markowitz. Masalah yang dikaji adalah masalah single-objective dan multi-objective. Pada masalah optimisasi portofolio single-objective dicari proporsi saham yang akan menghasilkan risiko minimum dan juga dicari proporsi saham yang menghasilkan return maksimum yang telah ditentukan. Untuk masalah single-objective digunakan kendala seperti buy-in threshold yaitu kendala yang membatasi nilai minimum proporsi saham supaya proporsi yang didapatkan tidak terlalu kecil, cardinality yaitu kendala yang membatasi banyaknya saham yang akan dimasukkan kedalam portofolio, dan roundlot yaitu kendala yang memungkinkan mencari nilai optimum dari investasi saham dalam satuan lot. Pada masalah optimisasi portofolio multi-objective dicari nilai optimum dari risiko dan return secara bersamaan dengan menggunakan metode penjumlahan berbobot (sum-weighted method). Digunakan 21 bobot untuk membangun pareto front sigma terhadap return, dengan sigma adalah akar kuadrat dari risiko. Pada grafik pareto front didapat bahwa untuk mendapatkan return yang tinggi maka diiringi dengan risiko yang besar pula. Karena terdapat perbedaan komposisi saham pada saat kasus rilis dan kondisi terbaru. Maka digunakan kedua data sebagai perbandingan. Data pada saat kasus rilis yaitu data 14 saham Asabri dan 9 saham Jiwasraya pada periode April 2019 – Desember 2019, dan data 30 saham IDX30 pada periode Januari 2014 – Desember 2019. Dan data terbaru adalah data 20 saham Jiwasraya pada periode Januari 2019 – November 2019, data 21 saham Asabri pada periode Januari 2018 – Desember 2018, dan data 30 saham IDX30 pada periode Januari 2017 – Desember 2021. Pada saham IDX30 menggunakan masalah optimisasi portofolio multi-objective dengan cardinality (K=14, K=9, K=20, K=21). Hal ini dilakukan sebagai perbandingan hasil optimisasi return dan risiko terhadap portofolio saham Asabri dan Jiwasraya. Masalah optimisasi portofolio ini diselesaikan dengan menggunakan metode Firefly Algorithm (FA). Firefly Algorithm (FA) merupakan metode metaheuristik yang dikembangkan berdasarkan kecerdasan berkelompok yang dimaksudkan untuk meniru karakteristik kunang-kunang. Untuk mengevaluasi performa FA digunakan tiga fungsi benchmark, masalah MINLP, dengan masalah optimisasi portofolio dengan kendala buy-in threshold dan roundlot.