Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan koneksinya melalui internet telah menyebabkan perubahan aktivitas dan pekerjaan pada berbagai tingkat populasi. Dari mulai individu, bisnis, hingga pemerintah melakukan perubahan dalam aktivitas dan pekerjaannya. Individu hanya dengan duduk di depan komputer di rumahnya, tetapi sudah dapat melakukan pekerjaannya atau mengambil informasi dari seluruh dunia untuk berbagai keperluan, misal untuk mengambil informasi yang sesuai dengan pekerjaan, produk, jasa, kesehatan, pendidikan, lowongan kerja, berita, dan sebagainya. Bisnis dengan eÂÂÂcommercenya dapat meningkatkan penjualan atau mengembangkan bisnisnya lebih luas. Melalui internet, pemerintah dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat luas, hingga memungkinkan pelayanan dengan jangkauan luas yang mungkin sulit dijangkau atau bahkan yang sebelumnya tidak mungkin dijangkau. Dalam perkembangan TIK yang cepat inilah terjadi kesenjangan digital. Konsep kesenjangan digital adalah membahas mengenai kesenjangan antara individu yang memiliki akses TIK dengan yang tidak memiliki akses, yang mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif dengan individu yang tidak mampu. Perkembangan TIK di Indonesia telah memiliki 19 program dalam cetak biru dan roadmapnya, yang bertujuan untuk meningkatkan pengunaan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia. Sementara itu, kesenjangan digital di Indonesia masih sangat tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan penelitian terhadap pengurangan kesenjangan digital di Indonesia untuk mendukung implementasi program-program perkembangan TIK di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah merancang model pengukuran untuk mengurangi kesenjangan digital yang sesuai di Indonesia, merancang model tahapan pengurangan kesenjangan digital di Indonesia, serta mengusulkan strategi untuk mengurangi kesenjangan digital di Indonesia. Model pengukuran didesain sesuai kondisi TIK di Indonesia dan berdasarkan konsep kesenjangan digital, dengan memilih indikator-indikator yang sesuai di Indonesia dari indikator-indikator yang tersedia dalam instrumen SIBIS GPS. Penelitian ini dilakukan terhadap guru-guru SMU Negeri Kotamadya Bandung dan menggunakan analisis korelasi dan regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh secara bersama-sama antara variabel kesiapan internet (X1), pemanfaatan TIK (X2), upaya pencapaian kecakapan TIK (X3), dan tingkat kecakapan TIK (X4) terhadap pengurangan kesenjangan digital (Y) adalah sebesar 21,7%, sedangkan sisanya 78,3% ditentukan oleh variabel lain di luar penelitian. Kemudian mengenai naik turunnya atau besar kecilnya pengurangan kesenjangan digital dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y=0,734 + 0,178 X1 + 0,258X2 + 0,213X3 + 0,353X4. Model tahapan pengurangan kesenjangan digital yang dihasilkan terdapat 4 (empat) tahap yaitu tahap : (1) belum memiliki kesiapan, (2) kesiapan terbatas, (3) kesiapan terformalisasi, dan (4) kesiapan telah matang. Berdasarkan perhitungan skor pengurangan kesenjangan digital guru SMU Negeri Kotamadya Bandung didapatkan skor 0,7 yang menunjukkan bahwa responden telah mencapai tahap 3. Tahap tersebut menunjukkan bahwa guru SMU Negeri Kotamadya Bandung telah mencapai kondisi terformalisasi. Hasil analisis kondisi berdasarkan variabel-variabel kesenjangan digital digambarkan dalam 4 (empat) kuadran menunjukkan bahwa guru SMU Negeri Kotamadya Bandung masih berada pada kondisi terburuk (kuadran IV) karena akses TIK tidak tersedia dan para guru belum memanfaatkan TIK seluruhnya serta tingkat kecakapan TIK guru belum percaya diri sepenuhnya. Tetapi dalam hal upaya pencapaian kecakapan TIK, guru sudah berada pada kuadran II karena 89% guru sudah memiliki upaya yang tinggi walaupun akses TIK masih terbatas. Untuk mengatasi kondisi dan permasalahan tersebut di atas, diusulkan 8 strategi yang diharapkan dapat diterapkan untuk mengurangi kesenjangan digital di Indonesia.