ABSTRAK Ibnu Thomiyah R
PUBLIC Yoninur Almira BAB 1 Ibnu Thomiyah R
PUBLIC Yoninur Almira BAB 2 Ibnu Thomiyah R
PUBLIC Yoninur Almira BAB 3 Ibnu Thomiyah R
PUBLIC Yoninur Almira BAB 4 Ibnu Thomiyah R
PUBLIC Yoninur Almira BAB 5 Ibnu Thomiyah R
PUBLIC Yoninur Almira BAB 6 Ibnu Thomiyah R
PUBLIC Yoninur Almira PUSTAKA Ibnu Thomiyah R
PUBLIC Yoninur Almira
Peristiwa karhutla di Indonesia mendapat atensi dari masyarakat internasional. Hal
ini dikarenakan lingkungan, hingga sosial ekonomi masyarakat terkena dampak
akibat kejadian karhutla yang terjadi di kawasan Indonesia, Karhutla di Provinsi
Riau sudah terjadi lebih dari 10 tahun belakangan. Penelitian ini betujuan untuk
menganalisis pola sebaran spasial karhutla, analisis bahaya karhutla, pemodelan
dampak sebaran asap, analisis kerentanan dan analisis risiko karhutla di Kabupaten
Pelalawan.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu Kuantitatif dengan
pendekatan spasial, dengan menggunakan teknik analisis bahaya karhutla, analisis
spasial, pemodelan sebaran asap menggunakan Hysplit Mode online. Data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari satelit
terra dan aqua dan beberapa data sekunder yang berasal dari instansi pemerintah
seperti data statistik, RTRW dan data pendukung lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa titik api dari tahun 2015 hingga tahun 2021
yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan terkonsentrasi pada beberapa
kecamatan yaitu Kecamatan Teluk Meranti, Kuala Kampar, Pangkalan Kuras dan
Langgam dan diperoleh jumlah titik api yang cukup tinggi yaitu 650 titik pada tahun
2015 dan 501 titik pada tahun 2019. Analisis Bahaya Karhutla menunjukkan
terdapat beberapa kecamatan dengan klasifikasi dengan tingkat bahaya yang tinggi.
Model sebaran kabut asap yang dihasilkan dari Hysplit menunjukkan sebaran kabut
asap merata yang ditunjukkan dari pola menunjukkan arah dari sebaran asap hampir
menutupi Kabupaten Pelalawan dengan ketinggian dan jarak dampak yang
bervariasi. Analisis risiko karhutla menunjukkan pola yang berbeda jika di
komparasikan antara tahun 2015 dan tahun 2019, dimana terjadi peningkatan
kawasan dengan klasifikasi tingkat risiko tinggi pada tahun 2019.
Penelitian ini menghasilkan pola dari dampak yang dihasilkan karhutla sehingga
pemangku kebijakan mampu memberikan atensi pada kawasan yang menjadi
prioritas.