digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Nadya Adira Fabiani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza


BAB 2 Nadya Adira Fabiani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Nadya Adira Fabiani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Nadya Adira Fabiani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Nadya Adira Fabiani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Nadya Adira Fabiani
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Industri kosmetik di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang pesat seiring dengan permintaan konsumen yang tinggi dan pasar kosmetik yang semakin luas. Pada tahun 2021, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kosmetik tumbuh sebesar 9,61%. Salah satu perusahaan manufaktur kosmetik ternama di Indonesia adalah PT. Cedefindo, yang merupakan bagian dari Martha Tilaar Group. Martha Tilaar Group adalah salah satu pionir lokal dalam industri kecantikan di Indonesia. Terdapat berbagai macam jenis dan tipe produk yang di produksi oleh PT. Cedefindo. Beragamnya lini produksi yang diproduksi oleh perusahaan ini menimbulkan sejumlah risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan. Selain berdampak pada tata letak penyimpanan didalam Gudang, pergantian desain kemasan dan penghentian pemasaran produk juga dapat mengakibatkan penumpukan bahan kemasan yang tidak terpakai didalam Gudang. Penumpukan bahan kemasan yang tidak terpakai dapat menggangu alur aktivitas yang ada di dalam Gudang bahan kemasan, meningkatkan biaya operasional dan mengurangi ruang penyimpanan yang tersedia didalam Gudang bahan kemasan. Keterlambatan pengiriman bahan kemasan ke lini produksi merupakan risiko lebih lanjut yang dapat dipicu oleh gangguan alur aktivitas Gudang bahan kemasan. Dengan adanya potensi risiko tersebut, perusahaan harus mengidentifikasi risiko pada setiap aktivitas gudang bahan kemasan dan melakukan tindakan mitigasi. Saat ini PT. Cedefindo belum mengidentifikasi risiko dan merancang mitigasi risiko yang ada pada aktivitas Gudang bahan kemasan. Manajemen risiko dapat membantu perusahaan untuk mengidentifikasi dan memitigasi setiap risiko yang berpotensi merusak dan menganggu fungsi Gudang. PT. Cedefindo akan mengalami kerugian signifikan yang berdampak pada kinerja bisnis jika tidak menangani resiko yang ada. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitas gudang, lalu memetakannya ke dalam Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan mengidentifikasi risiko menggunakan metode House of Risk. House of Risk fase 1 diawali dengan identifikasi kejadian risiko dan fase 2 penanganan risiko. Metode ini membantu perusahaan untuk memilih agen risiko prioritas yang akan dimitigasi. Tahap pertama House of Risk fase 1 adalah identifikasi kejadian risiko dan agen risiko. Selanjutnya, menentukan tingkat keparahan dan kejadian resiko, dan menghitung nilai prioritas risiko agregat (ARP) untuk menentukan agen risiko mana yang harus diprioritaskan berdasarkan diagram Pareto. Terdapat 18 agen risiko dan 15 kejadian risiko sebagai hasil dari penelitian ini, 7 agen risiko diberi prioritas tertinggi berdasarkan diagram Pareto. Usulan strategi mitigasi diperoleh melalui hasil House of Risk tahap 2. Ditemukan 10 strategi mitigasi yang kemudian dilakukan perhitungan nilai rasio efektifitas terhadap kesulitan (ETD) dan hasilnya terdapat 6 strategi mitigasi prioritas.