digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dameria Maranatha Gloriani
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER _ DEMERIA.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB I _ DEMERIA.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB II _ DEMERIA.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB III _ DEMERIA.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB IV _ DEMERIA.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB V _ DEMERIA.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB VI _ DEMERIA.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Dameria Maranatha Gloriani
PUBLIC Irwan Sofiyan

LAMPIRAN _ DEMERIA.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

Sekitar 46% populasi dunia, sekitar 3,6 juta orang, tidak memiliki layanan sanitasi yang aman, dan secara global, 494 juta orang masih melakukan buang air besar sembarangan. Di Provinsi Bali, meskipun akses terhadap layanan sanitasi layak sudah mencapai 95,01%, hanya 14,55% penduduk yang memiliki akses terhadap sanitasi aman dan 4,42% masih melakukan buang air besar sembarangan. Persentase sanitasi aman ini termasuk tangki septik yang dikosongkan setidaknya sekali dalam lima tahun terakhir. Buang air besar sembarangan dan tingginya tingkat sanitasi yang tidak aman di Bali berpotensi mengakibatkan infiltrasi air limbah ke sumber air minum dari mikroorganisme enterik dan patogen yang terbawa tinja, seperti E.coli. Karena pengolahan limbah rumah tangga skala kota yang terpusat mahal dan kompleks, sanitasi setempat adalah strategi utama untuk mencapai sanitasi yang dikelola dengan aman yang mencakup pengelolaan lumpur tinja di banyak Negara Berpenghasilan Rendah hingga Menengah (LMICs) seperti Indonesia. Layanan WASH dianggap berkelanjutan jika lima dimensi faktor keberlanjutan (keuangan, kelembagaan, lingkungan, teknologi, dan sosial) ditangani secara memadai dalam program WASH. Penelitian ini berfokus pada pemodelan aliran finansial untuk mencapai akses universal sanitasi yang dikelola dengan aman menggunakan simulator finansial eSOSViewTM di Kabupaten Tabanan, Bali. Tujuan dari makalah ini adalah: (1) untuk menganalisis Faecal Sludge Management (FSM) dan model finansial yang diterapkan di wilayah studi; (2) mengembangkan model finansial alternatif dan menganalisisnya menggunakan eSOSViewTM; dan (3) memilih model finansial dengan menggunakan Multi Criteria Analysis (MCA) dan implementasi di wilayah studi. Hasilnya berguna untuk membangun rekomendasi untuk mencapai 100% sanitasi setempat yang dikelola dengan aman di Kabupaten Tabanan. Real Demand Survey (RDS) ke rumah tangga dan wawancara semi-terstruktur ke sektor swasta dan pemerintah dilakukan untuk mengumpulkan data yang dimasukkan ke dalam model. Seratus rumah tangga yang dipilih dengan metode cluster random sampling berpartisipasi dalam RDS. Pemangku kepentingan dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) PALD Kabupaten Tabanan, dan pihak swasta yang menyediakan layanan Emptying & Transport (E&T) diwawancarai. Penelitian ini menghasilkan lima model finansial. Untuk memilih model finansial yang paling cocok untuk Kabupaten Tabanan, Multi- Criteria Analysis (MCA) digunakan. MCA mempertimbangkan lima aspek: kelayakan finansial (50%), penerimaan publik (15%), kapabilitas pemangku kepentingan (15%), peraturan dan kebijakan (10%), dan kemudahan penerapan model (10%). Dari kelima model keuangan tersebut, Model 3 terpilih sebagai model bisnis yang paling sesuai untuk mencapai akses universal sanitasi aman di Kabupaten Tabanan, Bali. Dalam Model 3, rumah tangga perlu membayar jumlah tertentu untuk biaya pengosongan dan pajak sanitasi. UPTD sebagai operator pengelolaan lumpur tinja, menerima biaya pembuangan dari klien yang membuang lumpur mereka untuk diolah di instalasi pengolahan lumpur tinja dan dukungan anggaran dari otoritas pemerintah. Produk penggunaan akhir (pupuk) dari instalasi pengolahan lumpur tinja dapat dijual dengan harga yang telah disepakati sebelumnya kepada industri yang membutuhkannya. Pada model eksisting, pupuk yang dihasilkan dari instalasi pengolahan lumpur tinja (kurang lebih 10 ton/bulan) tidak untuk dijual; akan tetapi dibagikan gratis kepada penduduk yang membutuhkan dan digunakan untuk taman kota, kantor pemerintah Kabupaten Tabanan, dan TPA Sembung Gede. Pada Model 3, kami mengambil contoh Kota Semarang. Harga dasar per kg pupuk yang diproduksi pada tahun 2014 adalah Rp 307/kg (termasuk keuntungan 5%). Mempertimbangkan tingkat inflasi rata-rata tahunan sebesar 3,45%, harga dasar per kg pupuk dapat meningkat menjadi Rp489/kg pada tahun 2022. Potensi pendapatan tahunan dari penjualan pupuk 10 ton per bulan adalah Rp58.680.000. Selain itu, UPTD dapat menetapkan jumlah pembelian minimum dan membuat perjanjian kerjasama bisnis dengan perusahaan agro untuk mempertahankan model bisnis. eSOSViewTM adalah alat yang efektif untuk membantu pemerintah daerah dalam melakukan analisis model keuangan dengan antarmuka pengguna yang sederhana dan mudah dipahami. Hal ini membantu dalam merancang strategi dan pengambilan keputusan terkait aspek finansial FSM dengan memberikan pertimbangan keuangan yang komprehensif. Namun, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang rumus dan terminologi yang digunakan dalam eSOSViewTM, dan diperlukan data yang lengkap untuk dapat mengisi eSOSViewTM agar mendapatkan hasil dengan tingkat kesalahan yang minimal. Selain itu, tidak hanya di wilayah Kabupaten Tabanan, analisis ini juga dapat diterapkan di daerah lain dengan catatan kriteria yang dipilih untuk MCA bersifat subyektif tergantung dari karakteristik daerah dan pertimbangan yang diambil oleh peneliti, sehingga untuk peneliti lain hasilnya akan berbeda. Berdasarkan hasil kajian ini, Pemerintah Kabupaten Tabanan dapat mencapai 100% sanitasi on-site yang dikelola dengan aman dengan menerapkan retribusi penyedotan lumpur tinja dan pajak sanitasi untuk rumah tangga, biaya buang untuk pihak swasta yang membuang lumpur tinja di IPLT, harga pembelian untuk pihak yang membeli pupuk, dan dukungan anggaran dari pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Aspek-aspek ini akan menjadi sumber pendapatan pada Model 3 di eSOSViewTM.