ABSTRAK Agus Suhirmanto 22005029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi COVER Agus Suhirmanto 22005029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 1 Agus Suhirmanto 22005029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 2 Agus Suhirmanto 22005029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 Agus Suhirmanto 22005029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 Agus Suhirmanto 22005029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 5 Agus Suhirmanto 22005029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi PUSTAKA Agus Suhirmanto
PUBLIC Dedi Rosadi LAMPIRAN Agus Suhirmanto 22005029.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi
Dekomposisi spektral telah lama digunakan dalam pemrosesan dan interpretasi
data seismik. Lebih jauh dalam karakterisasi reservoir metode dekomposisi
spektral banyak digunakan untuk menghasilkan gambaran lebih akurat dan
mengurangi aspek ketidakpastian dan ambiguitas dalam kaitannya dengan proses
interpretasi geologi bawah permukaan misalnya dalam interpretasi sistem sesar
dan juga geometri penyebaran fasies pengendapan. Secara prinsip, dekomposisi
spektral menawarkan sebuah pendekatan menggunakan spektrum amplitudo yang
tidak bergantung pada fase dan didesain untuk mengetahui tanggap suatu lapisan
tipis pada data seismik 3-dimensi.
Aplikasi metode dekomposisi spektral di daerah sub-cekungan Paleogen Aman
Utara, Cekungan Sumatra Tengah, yang diinterpretasikan merupakan suatu subcekungan
rift, dalam beberapa system tract pembentukan rift-nya, mampu
meningkatkan gambaran kondisi geologi bawah permukaan. Seperti kenampakan
sistem sesar, geometri fasies pengendapan seperti sistem sungai teranyam dan
berkelok, kipas aluvial dan delta lakustrin.
Khusus pada rift climax yang diasosiasikan dengan pengendapan Formasi
Brownshale dan Upper Red Beds (seperti Sand 4930), metode dekomposisi
spektral secara signifikan mampu meningkatkan gambaran geologi bawah
permukaan yang dapat mengurangi aspek ketidakpastian dalam interpretasi. Sesarsesar
normal yang sedemikian mengontrol rift ini dapat tergambarkan dengan
jelas dengan tren arah jurus timurlaut-baratdaya. Sementara beberapa fasies
pengendapan seperti sungai teranyam berkembang pada arah relatif utara-tenggara
dan juga kipas aluvial berkembang dari arah baratlaut menuju pusat cekungan.
Ketebalan fasies sungai teranyam yang berkembang pada sekuen ini, secara
kuantitatif dapat dihitung melalui analisis lanjut dalam metode dekomposisi
spektral.