digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kawasan Cirebon sebagai bagian dari Kawasan Industri Segitiga Rebana akan menjadi salah satu kawasan metropolitan sekaligus pusat perekonomian di Pulau Jawa karena diproyeksikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Rencana pembangunan terhadap kawasan ini tentunya akan berdampak bagi perekonomian maupun bagi perkembangan masyarakat daerah tersebut. Namun, upaya pembangunan juga akan berdampak pada alih tata guna lahan yang tentunya akan berdampak pada kemampuan lingkungan untuk beradaptasi. Salah satu permasalahan yang akan muncul adalah peningkatan kasus banjir di kawasan ini. Tingkat kerawanan banjir tersebut dipengaruhi oleh aspek yang didasarkan pada faktor-faktor alam antara lain faktor meteorologi seperti aspek curah hujan dan karakteristik daerah aliran sungai diantaranya aspek kelerengan, elevasi, jenis tanah, permeabilitas tanah, dan tata guna lahan. Dilakukan analisis spasial terhadap aspek tingkat rawan banjir menggunakan skoring, pembobotan, dan overlay peta aspek sehingga diperoleh informasi kontribusi setiap aspek terhadap tingkat rawan banjir sebesar: curah hujan 14%, kelerengan 17%, ketinggian 18%, tata guna lahan 18%, jenis tanah 16%, dan permeabilitas tanah berkonstribusi 17%. Kemudian diperoleh juga informasi bahwa mayoritas Kawasan Cirebon Raya berstatus rawan - sangat rawan terhadap banjir. Dilakukan pemilihan teknologi pengendalian banjir di Kawasan Cirebon menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan hasil pemilihan menggunakan Metode AHP, tindakan konservasi air dan tanah terpilih sebagai alternatif tindakan yang diprioritaskan dalam pengendalian banjir. Kemudian berdasarkan hasil analisis terhadap aspek-aspek yang memengaruhi tingkat kerawanan kejadian banjir di Kawasan Cirebon Raya, maka alternatif implementasi yang paling sesuai untuk diterapkan cenderung berupa upaya pengendalian meliputi pengelolaan lahan (land management) di Kawasan Cirebon Raya.