Seiring berkembangnya internet yang semakin cepat, merata dan privat, pornografi
internet telah berkembang menjadi sejenis narkotika digital yang merusak otak,
memicu perilaku kecanduan, bahkan perilaku penyimpangan dan kekerasan
seksual. Sementara potensi korban terbesar yakni generasi alfa sebagai digital
native, tidak mendapatkan perlindungan maupun edukasi yang memadai. Blokir
pornografi sangat mudah ditembus, dan edukasi terbatas pada materi formal dan
tema yang cenderung tabu dibahas. Perancangan mobile game ini bertujuan untuk
memberikan edukasi bahaya pornografi kepada anak usia 11-13 tahun dengan
bahasa yang mudah dipahami dan menyenangkan untuk dipelajari. Edukasi
dilakukan dalam bentuk simulasi kondisi paparan pornografi, dengan entitas simbol
pornografi bernama Monster Porano yang aman dilihat, namun tetap memiliki
asosiasi pornografi dari sudut pandang anak. Simulasi ini dirancang mendekati
kondisi aslinya, agar anak paham apa yang harus dilakukan dan bertindak
berdasarkan pengalaman simulasi, saat mengalami paparan pornografi di lapangan.
Game ini dirancang dengan menggunakan pendekatan DGBL (Digital Game-Based
Learning) dan framework DDE (Design, Dynamics & Experience), didukung
penelitian kualitatif dalam bentuk wawancara dan observasi kepada responden dari
4 sekolah (n=34), ditambah interview dengan psikolog perkembangan anak dan
pakar komunikasi visual. Hasil user testing kepada responden menunjukkan bahwa
anak mengasosiasikan Monster Porano dengan pornografi. Sementara dari sisi
mobile game edukasi berdampak pada kesadaran dan meningkatnya kewaspadaan
anak terhadap bahaya pornografi internet, dan mengetahui apa yang harus
dilakukan ketika bertemu konten pornografi saat bergawai.