Trem dan kereta api berbeda dalam hal lingkungan operasionalnya. Trem dapat
melewati lingkungan terbuka dimana terdapat pengguna jalan raya. Hal ini
membuat pengemudi trem dituntut untuk selalu memperhatikan situasi disekitar
dan memprediksi kemungkinan situasi yang muncul. Namun tingginya beban kerja
dan kelelahan dapat mengurangi kesadaran situasi pengemudi trem terhadap situasi
sekitar. Oleh karena itu, tugas untuk selalu memprediksi perilaku dari pengguna
jalan raya dan merencanakan aksi yang harus diambil menjadi masalah yang paling
umum bagi pengemudi trem.
Penelitian ini bertujuan untuk membangun sistem pengambilan keputusan
berdasarkan evaluasi penilaian risiko tabrakan objek terhadap trem yang dapat
diimplementasikan dan diuji pada sistem embedded. Tahapan pengambilan
keputusan yang dilakukan yaitu menilai risiko tabrakan menggunakan metode risk
assessment, mengambil keputusan menggunakan metode finite state machine
(FSM), dan merencanakan kecepatan menggunakan metode model predictive
control (MPC) dan fuzzy logic. Sistem pengambilan keputusan dirancang agar trem
mampu berjalan dari satu stasiun ke stasiun lainnya dan mampu mengatasi situasi
dimana terdapat trem lain atau pengguna jalan raya di rel atau situasi dimana
pengguna jalan raya melintasi rel. Maka aksi yang dilakukan adalah melakukan
pengendali penjelajahan aktif, penghindar tabrakan, dan pengereman darurat.
Sistem pengambilan keputusan yang dirancang disimulasikan pada simulator Carla
dan diimplementasikan pada NVIDIA Drive AGX Pegasus. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa trem dapat berjalan secara otonom dengan persentase
keselamatan 80%, yaitu sistem dapat memprediksi lintasan dari setidaknya 11 objek
dan mampu menghindari tabrakan di situasi persimpangan yang padat.
Pengambilan keputusan pengendali penjelajahan aktif, penghindar tabrakan, dan
pengereman darurat dapat menjaga keselamatan trem dengan persentase masing-
masing sebesar 96.94%, 100%, dan 100%. Sistem tersebut telah diujikan pada trem
di rel PT INKA dalam situasi terbatas, yaitu situasi aman dan situasi dimana pejalan
kaki berada di rel. Hasilnya trem mampu berjalan secara otonom, yaitu mampu
berjalan sesuai kecepatan maksimum jalur dan mampu menghindari tabrakan.