digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Tri Yudo Harisasono
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Tri Yudo Harisasono
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Tri Yudo Harisasono
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Tri Yudo Harisasono
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Tri Yudo Harisasono
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Tri Yudo Harisasono
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Bahan petrokimia tidak bisa lepas dari kehidupan manusia modern saat ini. Industri petrokimia menghasilkan bahan baku bagi indutri manufaktur yang memproduksi berbagai barang jadi. Dengan perkembangan teknologi, manusia dapat merekayasa berbagai macam kombinasi struktur molekul petrokimia untuk mendapatkan material dengan sifat tertentu yang sesuai untuk produk akhir yang akan dibuat. Hampir seluruh sendi kehidupan kita bersinggungan dengan produk yang terbuat dari bahan petrokimia. Sehingga bisa disimpulkan bahwa industri petrokimia adalah industri strategis karena berdampak besar bagi masyarakat secara luas. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Perindustrian menjadikan industri petrokimia, bersama beberapa industri lain, sebagai industri hulu yang menjadi pondasi bagi ketangguhan industri nasional. Hal itu tertuang di dalam dokumen Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035. RIPIN 2015-2035 merupakan pedoman bagi pemerintah dan pelaku industri dalam perencanaan dan pengembangan industri nasional. RIPIN 2015-2035 diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015 dan disusun sebagai pelaksanaan misi UU Perindustrian No. 3 Tahun 2014. Industri yang tangguh harus memiliki jaringan pohon industri yang lengkap, bisa mengisi kebutuhan domestik semaksimal mungkin, dan tidak bergantung pada negara asing untuk memenuhi bahan bakunya. Termasuk halnya pada industri petrokimia hulu. Di sisi lain, sebuah fakta yang menyedihkan bahwa porsi impor produk petrokimia masih sangat tinggi. Laporan BPS pada tahun 2019 menyebutkan bahwa impor bahan kimia dan barang turunan dari bahan kimia mencapai USD 21,51 Milliar. Sementara kegiatan ekspor sektor tersebut hanya sebesar USD 12,65 Milliar. Terdapat defisit neraca dagang pada sektor kimia dan turunannya. Atas dasar itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari “Jalan Menuju Industri Petrokimia Dasar yang Tangguh di Indonesia” dengan pendekatan Transformative Scenario Planning. Dalam mendapatkan skenario yang mungkin terjadi, dilakukan tinjauan literatur dan dilanjutkan dengan wawancara beberapa narasumber yang relevan dan kompeten. Langkah tersebut bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum kondisi industri petrokimia dasar di Indonesia, selain juga menangkap kekuatan penggerak yang dapat mempengaruhi arah perkembangan industri kedepan. Penelitian ini menghasilkan empat skenario yaitu “The Ruptured SBR”, “The Abandoned ABS”, “The Aromatic Painkillers”, dan “The Flying Polyester”. Penelitian ini tidak berfokus pada satu entitas atau lembaga tertentu, melainkan pada industri petrokimia dasar nasional yang terdiri atas berbagai pihak dengan kepentingan yang berbeda. Sehingga dalam implementasi hasil penelitian ini, penting untuk disadari bahwa semua pihak perlu ikut berkontribusi demi mencapai hasil yang diinginkan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membawa dampak yang positif untuk ketangguhan industri nasional, khususnya industri petrokimia dasar.