digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dira Aliefia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan salah satu kegiatan penting untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien terkait sediaan farmasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Apoteker memiliki peran penting di Puskesmas yaitu sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Dari 80 unit puskesmas di Kota Bandung, terdapat 64 puskemas di Kota Bandung yang memiliki apoteker pada bagian pelayanan kefarmasian, salah satunya UPT Puskesmas Salam. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang memengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menentukan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas Salam Kota Bandung, menentukan hubungan karakteristik pasien dengan tingkat kepuasan terhadap pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas Salam Kota Bandung, dan memberikan masukan upaya perbaikan terhadap pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas Salam Kota Bandung. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian dengan metode survei deskriptif-analitik menggunakan kuesioner dengan pendekatan potong lintang terhadap 254 responden pasien secara langsung. Pengambilan sampel data dilakukan pada akhir bulan Maret hingga awal bulan Mei 2022 di UPT Puskesmas Salam Kota Bandung. Hasil penelitian menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI) menunjukkan responden merasa sangat puas dengan tingkat kepuasan pasien terhadap layanan informasi obat sebesar 81,12% dan responden merasa puas dengan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian (metode SERVQUAL) sebesar 80,42%. Faktor yang memengaruhi tingkat kepuasan terhadap layanan informasi obat adalah pekerjaan (p = 0,005) dan faktor yang memengaruhi tingkat kepuasan terhadap pelayanan kefarmasian (metode SERVQUAL) dimensi tangible dan reliability adalah pekerjaan (p = 0,044) dan (p = 0,012). Hasil gap terbesar dari metode IPA (Importance-Performance Analysis) yang menjadi prioritas adalah pernyataan pada dimensi tangible, “ketersediaan fasilitas untuk pasien : brosur obat, timbangan badan, air minum, dll” dengan gap sebesar -1,23.