digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Tridinda Aprilia
PUBLIC yana mulyana

Latar Belakang: Overtraining adalah salah satu variabel yang sangat penting untuk diperhatikan. Overtraining adalah sebuah ketidakseimbangan yang terjadi secara terusmenerus antara latihan dan pemulihan atlet, yang dapat gangguan pada fisiologis, imunologis, hormonal, dan psikologis atlet. Overtraining adalah sebuah masalah yang penting bagi pelatih untuk ditanggapi lebih serius. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan overtraining pada pelatih, gejala awal overtraining pada atlet, dan mengetahui hubungan pengetahuan overtraining pada pelatih dan gejala awal overtraining pada atlet. Dengan memiliki pengetahuan tersebut selanjutnya dapat dilakukan pencegahan overtraining yang baik, maka diharapkan hal ini menjadi langkah positif dalam mencapai sebuah prestasi olahraga yang optimal. Metode: Penelitian ini menggunakan observational study dengan penyajian data deskriptif. Subjek penelitian berjumlah 380 orang yang terdiri dari 74 pelatih dan 306 atlet. Penentuan subjek menggunakan purposive sampling. Teknik pengambilan data dilakukan secara primer (langsung). Atlet dipersilahkan mengisi kuesioner yang telah disediakan yaitu 53 tanda gejala awal overtraining dengan skala. Pelatih dipersilahkan mengisi angket pengetahuan yang sudah disiapkan. Khusus untuk pelatih, akan ditambah dengan wawancara untuk memperkuat jawaban dari pelatih tersebut. Metode wawancara yang dilakukan kepada beberapa pelatih yang bersedia melakukan wawancara. Pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan terbuka tentang overtraining kepada pelatih. Semua analisis dilakukan dengan menggunakan aplikasi komputer berbasis Windows yaitu Microsoft Excel, Microsoft, Amerika Serikat dan SPSS versi 26, IBM, Amerika Serikat. Signifikansi statistik diterima pada tingkat alpha p < 0,05. Hasil: Sampel paling banyak untuk pelatih yaitu berjenis kelamin pria dengan dikategori tingkat pengetahuan tinggi, yaitu 29 orang (54,7%). Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan overtraining dengan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pengalaman melatih, lisensi pelatih, cabang olahraga pelatih, maupun level pelatih saat menjadi atlet. Sampel atlet pada penelitian ini paling banyak terdapat pada jenis kelamin pria dengan kategori tingkat overtraining rendah, berjumlah 101 orang (65,6%). Terdapat hubungan yang signifikan antara gejala awal overtraining pada atlet dengan jenis kelamin atlet dengan nilai (p = 0,021). Namun, untuk usia dan cabang olahraga atlet tidak ada hubungan yang signifikan. Terdapat hubungan yang signifikan antara Gejala Awal Overtraining pada Atle dengan Cabang Olahraga Atlet dengan nilai (p=0,038). Kesimpulan: Penelitian ini tingkat pengetahuan overtraining pada pelatih berada di kategori tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa pelatih memiliki pengetahuan yang cukup terkait overtraining. Tingkat gejala awal overtraining pada atlet berada di kategori rendah, dapat dikatakan bahwa program latihan yang sudah dibuat dan diimplementasikan oleh pelatih sudah sesuai dengan kondusi atlet. Maka dalam analisis data terbukti bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan overtraining pada pelatih dengan gejala awal overtraining pada atlet.