Latar Belakang: Overtraining adalah salah satu variabel yang sangat penting untuk
diperhatikan. Overtraining adalah sebuah ketidakseimbangan yang terjadi secara terusmenerus
antara latihan dan pemulihan atlet, yang dapat gangguan pada fisiologis,
imunologis, hormonal, dan psikologis atlet. Overtraining adalah sebuah masalah yang
penting bagi pelatih untuk ditanggapi lebih serius. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui tingkat pengetahuan overtraining pada pelatih, gejala awal overtraining pada
atlet, dan mengetahui hubungan pengetahuan overtraining pada pelatih dan gejala awal
overtraining pada atlet. Dengan memiliki pengetahuan tersebut selanjutnya dapat
dilakukan pencegahan overtraining yang baik, maka diharapkan hal ini menjadi langkah
positif dalam mencapai sebuah prestasi olahraga yang optimal. Metode: Penelitian ini
menggunakan observational study dengan penyajian data deskriptif. Subjek penelitian
berjumlah 380 orang yang terdiri dari 74 pelatih dan 306 atlet. Penentuan subjek
menggunakan purposive sampling. Teknik pengambilan data dilakukan secara primer
(langsung). Atlet dipersilahkan mengisi kuesioner yang telah disediakan yaitu 53 tanda
gejala awal overtraining dengan skala. Pelatih dipersilahkan mengisi angket pengetahuan
yang sudah disiapkan. Khusus untuk pelatih, akan ditambah dengan wawancara untuk
memperkuat jawaban dari pelatih tersebut. Metode wawancara yang dilakukan kepada
beberapa pelatih yang bersedia melakukan wawancara. Pertanyaan yang diajukan
merupakan pertanyaan terbuka tentang overtraining kepada pelatih. Semua analisis
dilakukan dengan menggunakan aplikasi komputer berbasis Windows yaitu Microsoft
Excel, Microsoft, Amerika Serikat dan SPSS versi 26, IBM, Amerika Serikat. Signifikansi
statistik diterima pada tingkat alpha p < 0,05. Hasil: Sampel paling banyak untuk pelatih
yaitu berjenis kelamin pria dengan dikategori tingkat pengetahuan tinggi, yaitu 29 orang
(54,7%). Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan overtraining dengan jenis
kelamin, usia, pendidikan terakhir, pengalaman melatih, lisensi pelatih, cabang olahraga
pelatih, maupun level pelatih saat menjadi atlet. Sampel atlet pada penelitian ini paling
banyak terdapat pada jenis kelamin pria dengan kategori tingkat overtraining rendah,
berjumlah 101 orang (65,6%). Terdapat hubungan yang signifikan antara gejala awal
overtraining pada atlet dengan jenis kelamin atlet dengan nilai (p = 0,021). Namun, untuk
usia dan cabang olahraga atlet tidak ada hubungan yang signifikan. Terdapat hubungan
yang signifikan antara Gejala Awal Overtraining pada Atle dengan Cabang Olahraga Atlet
dengan nilai (p=0,038).
Kesimpulan: Penelitian ini tingkat pengetahuan overtraining pada pelatih berada di
kategori tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa pelatih memiliki pengetahuan yang cukup
terkait overtraining. Tingkat gejala awal overtraining pada atlet berada di kategori rendah,
dapat dikatakan bahwa program latihan yang sudah dibuat dan diimplementasikan oleh
pelatih sudah sesuai dengan kondusi atlet. Maka dalam analisis data terbukti bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan overtraining pada pelatih dengan gejala
awal overtraining pada atlet.