Terumbu karang adalah ekosistem laut dengan keanekaragaman hayati tertinggi.
Gangguan adalah komponen penting dalam terbentuknya struktur dan fungsi
ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dampak gangguan terhadap
kesehatan terumbu karang. Penelitian ini dilakukan di Pulau Pahawang dan Teluk
Kalianda, Selat Sunda. Terdapat tiga stasiun pengamatan di Pulau Pahawang
dengan nama Taman Nemo (TN), Cukuh Bedil (CB), dan Gosong Pahawang (GP).
Teluk Kalianda (KL) hanya memiliki satu stasiun pengamatan. Pengambilan data
komunitas bentik dilakukan dengan Photo Line Intercept Transect (PLIT) pada
kedalaman satu, tiga, dan lima meter. Parameter fisika dan kimia perairan yang
diamati adalah DO, pH, suhu, kecerahan, kekeruhan, TSS, salinitas, kandungan
NH3, NO2, NO3, PO4, Pb, Cu, Cd, dan Hg. Karakterisasi gangguan terumbu karang
dilakukan melalui pengamatan visual, studi literatur, citra satelit, dan wawancara
tidak terstruktur dengan metode open-ended question. Kesehatan terumbu karang
ditentukan dari struktur dan komposisi komunitas bentik. Principal Component
Analysis (PCA) digunakan dalam pengelompokan tingkat kesehatan dan respon
komunitas bentik terumbu karang. Terkarakterisasi lima gangguan utama di Pulau
Pahawang dan enam gangguan utama di Teluk Kalianda. Terdapat 68 total spesies
dalam komunitas bentik Pulau Pahawang dan Teluk Kalianda. Terdapat enam
karang Acropora, 45 karang non-Acropora, dua karang api, delapan invertebrata
lainnya, dan tujuh jenis alga. KL memiliki keanekaragaman tertinggi dengan 53
spesies, TN memiliki keanekaragaman terendah dengan 15 spesies, CB memiliki
18 spesies, dan GP memiliki 22 spesies. Kesehatan terumbu karang di CB 5 m dan
GP 3 m tergolong baik, TN dan KL 1 m tergolong buruk, dan sisanya pada kondisi
cukup. Parameter fisika dan kimia air laut pada kondisi standar kecuali NO3 di
Pulau Pahawang dan PO4 serta TSS di Teluk Kalianda. Hasil PCA menunjukkan
empat cluser kesehatan dan respon komunitas bentik terumbu karang.