ABSTRAK NUR FATATIK H 12011014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi COVER NUR FATATIK H 12011014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 1 NUR FATATIK H 12011014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 2 NUR FATATIK H 12011014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 NUR FATATIK H 12011014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 NUR FATATIK H 12011014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 5 NUR FATATIK H 12011014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 6 NUR FATATIK H 12011014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi PUSTAKA Nur Fatatik Handayani
PUBLIC Dedi Rosadi LAMPIRAN NUR FATATIK H 12011014.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi
Daerah Wadubura dengan luas daerah 11,07 km2 merupakan area konsensi PT.
Sumbawa Timur Mining (PT. STM) dengan prospek eksplorasi emas dan tembaga.
Daerah penelitian terletak di Kecamatan Hu’u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara
Barat pada koordinat UTM WGS 84 zona 50S 657402-660457mT dan 9022056-
9025723mU. Daerah penelitian dicirikan dengan perbukitan terjal yang
merupakan bagian dari perbukitan vulkanik serta mengalami tahapan geomorfik
muda menuju dewasa berdasakan pola aliran sungai dan bentuk lembah daerah
penelitian.
Stratigrafi daerah penelitian tersusun dari empat satuan batuan, dari tua ke muda
yaitu Satuan Tuf dan Satuan Dasit A yang berumur Miosen Awal serta Satuan
Andesit dan Satuan Dasit B yang berumur Miosen Tengah. Struktur geologi yang
berkembang di daerah penelitian berupa sesar-sesar mendatar yang berarah barat
laut- tenggara, yang diperkirakan terbentuk setelah Miosen Tengah. Sesar-sesar
mendatar ini terdiri atas Sesar Wou, Sesar Nteko, Sesar Wadubura dan Sesar Fo’o
Krao.
Alterasi hidrotermal di daerah penelitian berkembang pada seluruh satuan batuan
dengan intensitas berkisar lemah-kuat. Kemudian fasies alterasi daerah penelitian
dapat dibagi menjadi empat jenis fasies, yakni fasies alterasi Clay Silika
(kaolinit±kuarsa±montmorilonit), Silica Clay (kuarsa±kaolinit), Silica Alunite
(kuarsa±alunit±kaolinit), dan Massive Silica (kuarsa±kalsedon) dengan texture
khusus vuggy. Dari asosiasi mineral tersebut diperoleh suhu pembentukan alterasi
adalah 150-3000C. Perkembangan pola zonasi alterasi yang berkembang di
permukaan menunjukkan adanya kesamaan dengan arah perkembangan sesar
mendatar berarah barat laut-tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol utama
alterasi dan mineralisasi di daerah penelitian adalah struktur sekunder.
Mineralisasi berkembang secara lokal dan penentuannya didasarkan atas: tipe
alterasi, tekstur, serta asosiasi mineral logam sulfida berupa kovelit-pirit, dan
disimpulkan tipe endapan yang berkembang adalah epitermal sistem sulfidasi
tinggi (high sulfidation).