digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Semakin tahun perekonomian dunia tingkat biayanya semakin tinggi. Kestabilan perekonomian di suatu negara dapat dilihat dari keadaan banknya. Kegagalan bank dapat mempengaruhi perekonomian karena hubungan dengan banyak mitra seperti pemerintah, kreditur dan lain-lain. Ketidakpatuhan dan berlebihannya terhadap aturan pemesanan bukanlah penyebab krisis perbankan melainkan karena ketidakpatuhan aturan pengambilan risiko yang menjadi akar penyebab krisis perbankan. Kesehatan system keuangan menjadi sangat penting bagi bank syariah dan bagi bank konvensional. Dengan adanya beberapa karakteristik yang berbeda dengan perbankan konvensional, kita harus memberi perhatian yang lebih terhadap perilaku syariah khususnya yang berkaitan dengan system perbankan. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengidentifikasi berbagai macam faktor yang dapat menjelaskan pengambilan risiko bank konvensional dan syariah yang telah dikelompokkan dalam faktor ekonomi makro yaitu GDP dan inflasi, serta faktor spesifik bank seperti bank size, bank capital, off balance sheet activity, listed bank, sedangkan untuk mengukur pengambilan risiko digunakan Z-score. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, yang berada di wilayah ASEAN selama periode 2010-2019 dengan terdiri dari 92 bank konvensional dan 30 bank syariah, Penelitian ini menggunakan regresi data panel dengan model random effect and estimate models using both generalized least square random effect and generalized method of moments system approaches. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar variabel khusus bank kecuali bank yang terdaftar, mempengaruhi pengambilan risiko pada bank konvensional dan syariah. Pada saat yang sama, faktor makroekonomi menentukan pengambilan risiko di bank konvensional, sedangkan bank syariah memiliki pengaruh yang kecil oleh determinan makroekonomi.