digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Institusi pendidikan tinggi menjadi landasan untuk menciptakan modal intelektual suatu bangsa di mana pengetahuan dapat dihasilkan dan dimanfaatkan (Ponnuswamy dan Manohar, 2014). Secara khusus, Sekolah Bisnis memiliki peran dalam mendidik dan mengembangkan pemimpin masa depan yang bertanggung jawab dan berguna bagi negara (Drew, 2011; Caporarello dan Manzoni, 2019). Sekolah Bisnis perlu meningkatkan daya saing mereka dengan menjadi organisasi pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan memberikan bukti empiris apakah Sekolah Bisnis Indonesia memiliki karakteristik learning organization 4.0, serta untuk mengeksplorasi dan memberikan temuan kualitatif tentang implementasi learning organization 4.0 dalam konteks kegiatan Tri Dharma di Sekolah Bisnis Indonesia. Rancangan penelitian ini bertujuan untuk menjawab ketiga pertanyaan penelitian tersebut. Penulis menggunakan metode kualitatif dengan penelitian multiple case study. Empat Sekolah Bisnis Indonesia terkemuka berdasarkan QS World University Ranking 2022 by Subject: Business and Management terpilih untuk mewakili, yaitu; Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, dan BINUS School of Business. Setelah mendapat izin dari 13 informan masing-masing dari empat Sekolah Bisnis Indonesia, penulis melakukan wawancara mendalam. Menindaklanjuti jawaban informan, maka penulis melakukan analisis dengan menggunakan Pengkodean Siklus Pertama dan Pengkodean Siklus Kedua. Sesuai dengan kebutuhan pertanyaan penelitian, penulis menggunakan Pengkodean Emosi, Pengodean Nilai, dan Pengkodean Proses untuk Pengodean Siklus Pertama, kemudian dianalisis menjadi Pengodean Siklus Kedua untuk mendapatkan tema. Penulis mengelompokkan Coding Siklus Kedua ke dalam proses pembelajaran yang dilakukan di dalam dan yang termasuk di luar organisasi, kemudian didapatkan lima disiplin dan model pembelajaran organisasi 4.0. Lima disiplin organisasi pembelajaran 4.0 adalah; Learning Culture, Shared Vision, Self Growth, Growing Together, and Ecosystem Collaboration. Penulis juga menganalisis perbedaan dan persamaan antara model organisasi pembelajaran 4.0 (2022) dengan model organisasi pembelajaran dari Senge (1990) dan Daly & Overton (2017). Menggunakan matrix coding query dengan software NVIVO untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menemukan hasil bahwa Sekolah Bisnis Indonesia memiliki lima disiplin organisasi pembelajaran 4.0. Namun pelaksanaan pembelajaran internal lebih sedikit dibandingkan dengan pembelajaran baik internal maupun eksternal. Dalam konteks kegiatan Tri Dharma, penerapan lima organisasi pembelajaran 4.0 paling tidak ditemukan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Penulis mendapat wawasan dan keprihatinan dari temuan ini, jika lima organisasi pembelajaran 4.0 tidak diimplementasikan secara seimbang maka Sekolah Bisnis Indonesia akan kurang berkelanjutan dalam menghadapi lingkungan yang bergejolak. Penulis memberikan saran agar Sekolah Bisnis Indonesia dapat menerapkan disiplin belajar internal dan eksternal secara seimbang, penuh komitmen dan konsisten sehingga Sekolah Bisnis Indonesia tidak hanya bertahan dan berkembang tetapi juga berdampak besar bagi masyarakat dan bangsa. Penelitian ini memberikan kontribusi teoritis untuk pengayaan teori organisasi pembelajaran khususnya menghadapi era 4.0 dalam konteks Business School. Kontribusi implikasi praktis jika lima pembelajaran organisasi 4.0 diimplementasikan seimbang, dapat menghasilkan lulusan yang kompeten dan berdampak bagi UKM untuk menjadi lebih mandiri. Studi ini juga memberikan kontribusi implikasi pedagogik dengan memperkuat aspek pengajaran dan meningkatkan kegiatan kolaborasi dalam konteks pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Keterbatasan penelitian ini, karena adanya pandemi, untuk pengumpulan data primer penelitian ini menggunakan wawancara mendalam secara virtual. Terakhir, untuk rekomendasi penelitian di masa mendatang, proposisi yang diperoleh dari penelitian ini harus ditindaklanjuti dengan pendekatan kuantitatif dan melibatkan lebih banyak Sekolah Bisnis Indonesia sebagai objek penelitian.