digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Maharanie Anggun Kurniya
PUBLIC Dewi Supryati

Semenjak adanya pandemi Covid-19, terjadi perubahan kebiasaan berbelanja oleh masyarakat Indonesia yang semula dilakukan secara langsung di pusat perbelanjaan menjadi menggunakan media digital melalui e-commerce. Perubahan kebiasaan berbelanja ini berdampak positif bagi industri logistik, yaitu terjadi peningkatan arus pengiriman barang, terutama pada logistik sektor last mile yang meningkat sekitar 30 – 40% selama pandemi Covid-19. Agar perusahaan dapat beradaptasi dengan perkembangan lingkungan bisnis dan tetap memperoleh keunggulan kompetitif, perlu dilakukan proses pembelajaran berkelanjutan dan menjadi learning organization. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara di lapangan, saat ini perusahaan masih memiliki isu terkait implementasi konsep learning organization, yaitu tidak memiliki instrumen penilaian tingkat maturitas learning organization. Di sisi lain, penelitian terkait instrumen penilaian learning organization masih terbatas. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa terdapat isu mengenai praktik nyata dalam konsep learning organization, yaitu tidak adanya panduan bagaimana perusahaan berproses hingga mencapai learning organization. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model maturitas learning organization yang dapat digunakan perusahaan dalam melakukan selfassessment untuk mencapai learning organization. Pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan model penelitian terdiri dari lima tahap yaitu tahapan scope, design, populate, test, dan deploy. Tahapan scope menentukan fokus model apakah untuk domain spesifik atau umum. Pada penelitian ini, pengembangan model maturitas fokus pada domain learning organization yang terdiri dari lima dimensi, yaitu dimensi learning, organization, people, knowledge, dan technology. Pada tahap design, ditentukan level maturitas yang terdiri dari lima level, yaitu level initial, repeatable, defined, managed, dan optimized. Tahapan populate menentukan elemen model maturitas ke dalam lapisan hierarki yang terdiri dari dimensi dan indikator. Proses penentuan elemen model maturitas dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu eksplorasi critical success factor dari learning organization, reduksi CSF, pengelompokan CSF ke dalam beberapa dimensi, serta pendefinisian CSF di tiap-tiap level maturitas. Tahapan test meliputi uji validitas konten dari model maturitas yang dikembangkan. Tahapan deploy merupakan proses dimana model yang dikembangkan diterapkan untuk pertama kalinya. Pada penelitian ini, model maturitas dikembangkan dan diterapkan di tiga perusahaan logistik last mile di Indonesia yang diwakili oleh responden dari top atau middle management. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dapat melakukan asesmen secara mandiri untuk menilai maturitas proses pembelajaran berkelanjutan yang mengarah pada learning organization. Instrumen penilaian yang digunakan terdiri dari lima dimensi yaitu mekanisme pembelajaran yang diukur oleh 6 indikator, arah pembelajaran yang diukur oleh 4 indikator, penciptaan pengetahuan yang diukur oleh 5 indikator, pemanfaatan pengetahuan yang diukur oleh 2 indikator, dan dukungan teknologi yang diukur oleh 2 indikator. Pada penelitian ini, tingkat generalisasi model masih rendah sehingga perlu ada penyesuaian dimensi dan indikator jika model akan diimplementasikan di sektor industri yang lain. Selain itu, daftar CSF untuk pengembangan model maturitas belum diuji secara empiris bahwa CSF tersebut berdampak pada peningkatan kinerja organisasi. Oleh sebab itu, pengembangan model selanjutnya disarankan untuk melakukan pengujian secara empiris menggunakan SEM terhadap daftar CSF yang diperoleh dari eksplorasi literatur agar diperoleh hasil operasionalisasi yang lebih valid.