Semenjak adanya pandemi Covid-19, terjadi perubahan kebiasaan berbelanja oleh
masyarakat Indonesia yang semula dilakukan secara langsung di pusat perbelanjaan
menjadi menggunakan media digital melalui e-commerce. Perubahan kebiasaan
berbelanja ini berdampak positif bagi industri logistik, yaitu terjadi peningkatan
arus pengiriman barang, terutama pada logistik sektor last mile yang meningkat
sekitar 30 – 40% selama pandemi Covid-19. Agar perusahaan dapat beradaptasi
dengan perkembangan lingkungan bisnis dan tetap memperoleh keunggulan
kompetitif, perlu dilakukan proses pembelajaran berkelanjutan dan menjadi
learning organization. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara di lapangan, saat
ini perusahaan masih memiliki isu terkait implementasi konsep learning
organization, yaitu tidak memiliki instrumen penilaian tingkat maturitas learning
organization. Di sisi lain, penelitian terkait instrumen penilaian learning
organization masih terbatas. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa terdapat
isu mengenai praktik nyata dalam konsep learning organization, yaitu tidak adanya
panduan bagaimana perusahaan berproses hingga mencapai learning organization.
Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model maturitas
learning organization yang dapat digunakan perusahaan dalam melakukan selfassessment
untuk mencapai learning organization.
Pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan model penelitian terdiri dari
lima tahap yaitu tahapan scope, design, populate, test, dan deploy. Tahapan scope
menentukan fokus model apakah untuk domain spesifik atau umum. Pada penelitian
ini, pengembangan model maturitas fokus pada domain learning organization yang
terdiri dari lima dimensi, yaitu dimensi learning, organization, people, knowledge,
dan technology. Pada tahap design, ditentukan level maturitas yang terdiri dari lima
level, yaitu level initial, repeatable, defined, managed, dan optimized. Tahapan
populate menentukan elemen model maturitas ke dalam lapisan hierarki yang
terdiri dari dimensi dan indikator. Proses penentuan elemen model maturitas
dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu eksplorasi critical success factor dari
learning organization, reduksi CSF, pengelompokan CSF ke dalam beberapa
dimensi, serta pendefinisian CSF di tiap-tiap level maturitas. Tahapan test meliputi
uji validitas konten dari model maturitas yang dikembangkan. Tahapan deploy
merupakan proses dimana model yang dikembangkan diterapkan untuk pertama
kalinya. Pada penelitian ini, model maturitas dikembangkan dan diterapkan di tiga
perusahaan logistik last mile di Indonesia yang diwakili oleh responden dari top
atau middle management.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dapat melakukan asesmen secara
mandiri untuk menilai maturitas proses pembelajaran berkelanjutan yang mengarah
pada learning organization. Instrumen penilaian yang digunakan terdiri dari lima
dimensi yaitu mekanisme pembelajaran yang diukur oleh 6 indikator, arah
pembelajaran yang diukur oleh 4 indikator, penciptaan pengetahuan yang diukur
oleh 5 indikator, pemanfaatan pengetahuan yang diukur oleh 2 indikator, dan
dukungan teknologi yang diukur oleh 2 indikator. Pada penelitian ini, tingkat
generalisasi model masih rendah sehingga perlu ada penyesuaian dimensi dan
indikator jika model akan diimplementasikan di sektor industri yang lain. Selain
itu, daftar CSF untuk pengembangan model maturitas belum diuji secara empiris
bahwa CSF tersebut berdampak pada peningkatan kinerja organisasi. Oleh sebab
itu, pengembangan model selanjutnya disarankan untuk melakukan pengujian
secara empiris menggunakan SEM terhadap daftar CSF yang diperoleh dari
eksplorasi literatur agar diperoleh hasil operasionalisasi yang lebih valid.