digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Selama 20 tahun, sektor energi menjadi penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia, yaitu sebesar 32 persen. Dari jumlah tersebut, sektor pembangkit listrik, khususnya pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU), menjadi penyumbang terbesar sektor energi. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebijakan yang tepat untuk pembangkit listrik tenaga batu bara. Mulai tahun 2022 tidak ada lagi PLTU baru yang boleh dibangun di Indonesia, kecuali untuk kontrak EPC atau IPP yang sudah ditandatangani atau yang sudah memasuki masa pra konstruksi. Menanggapi hal tersebut, Perusahaan Listrik Negara Indonesia menyiapkan roadmap dekarbonisasi dengan melakukan berbagai kajian dan analisis data pembangkit listrik tenaga batubara di Indonesia. Diantara strategi untuk menurunkan emisi tersebut antara lain adalah memodifikasi (retrofitting) PLTU atau memasang peralatan untuk menurunkan emisi. Pembangunan instalasi FGD merupakan salah satu solusi bagi PLTU, yang selain dapat mengurangi emisi gas buang, kandungan belerang dan lain-lain, juga dapat memenuhi regulasi yang ditetapkan pemerintah sekaligus. Selain itu, juga tidak perlu khawatir dengan kandungan sulfur dari batubara yang dipasok, sehingga dapat mengamankan pasokan batubara dari daerah manapun dengan harga yang seefisien mungkin. Penelitian kali ini adalah dalam rangka mengevaluasi investasi pembangunan FGD pada PT ABC Power dengan PT XYZ sebagai off taker dan bertanggungjawab terhadap suplai batubara untuk ABC Power. Proyek FGD ini membutuhkan nilai investasi sebesar IDR171.981.006.600,-. Struktur permodalan menggunakan pinjaman modal 70% dari China Development Bank dengan suku bunga 3,65% per tahun. Lifetime proyek selama 20 tahun dengan capacity factor 80% dan tarif IDR52,48/kWh. Dari analisis sensitivitas, diketahui bahwa tarif listrik dan produksi listrik merupakan dua faktor yang paling berpengaruh terhadap proyek ini, diikuti oleh belanja modal dan belanja operasional dengan dampak sedang. Sementara itu, tingkat inflasi, suku bunga, dan struktur modal hanya berdampak relatif rendah pada proyek ini. Hasilnya adalah investasi ini layak dijalankan dengan NPV sebesar IDR151.345.254.746,-, IRR sebesar 15,42% dan periode pengembalian 6 tahun.