digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT Berau Coal merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara yang terletak di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur yang menggunakan metode penambangan terbuka. PT Berau Coal menambang batubara pada Formasi Latih (Tml) yang berumur Miosen Tengah dan memiliki cadangan batubara yang sangat ekonomis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis kestabilan lereng tambang terbuka PT Berau Coal tepatnya pada Binungan Mine Operation 2 blok 8 di Pit C2 yang terletak pada koordinat 1º53’16,96” LU, 117º16’00,06” BT sampai 1º55’37,53” LU, 117º18’56,81” BT dan memberikan desain sudut kemiringan lereng yang aman dan optimal untuk penambangan. Penelitian ini dilakukan dengan dua metode yaitu metode kesetimbangan batas dan metode elemen hingga yang bertujuan untuk mengetahui nilai Faktor Keamanan (FK) dari lereng tambang pada Pit C2 dengan mengacu kepada Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827/K/30/MEM/2018 dan standar geoteknik PT Berau Coal. Pada daerah penelitian terdapat empat litologi yaitu batupasir, batulumpur, batubara, dan batulumpur karbonatan. Sifat fisik dan mekanik batuan diperoleh dari uji laboratorium serta litologi diperoleh dari log bor geoteknik yang terletak di sekitar daerah penelitian. Pit C2 dibagi menjadi enam garis penampang yang berbeda yaitu F1-F6. Berdasarkan analisis kestabilan lereng yang telah dilakukan dengan menggunakan tekanan air pori 1 psi, faktor pembebanan seismik sebesar 0,03 g, dan metode kesetimbangan batas didapat nilai faktor keamanan dan probabilitas keruntuhan pada penampang F1-F6 secara berturut – turut adalah 1,48; 1,48; 1,54; 1,25; 1,44; 1,20 dan 0,9%; 0,2%; 0,1%; 5%; 0,5%; 8,6%. Sementara itu, hasil yang didapatkan dengan menggunakan metode elemen menghasilkan nilai faktor keamanan dan probabilitas keruntuhan pada penampang F1-F6 secara berturut – turut adalah 1,35; 1,38; 1,42; 1,21; 1,34; 1,09 dan 5,34%; 2,95%; 2,06%; 9,42%; 4,25%; 28,01%. Berdasarkan analisis kestabilan lereng yang dilakukan, nilai faktor keamanan pada penampang F4 dan F6 termasuk dalam kondisi tidak stabil, maka dari itu harus dilakukan pelandaian sudut lereng keseluruhan sebesar 3º pada penampang F4 dan F6.