ABSTRAK YUSUF R LANGGA 12018075.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi COVER YUSUF R LANGGA 12018075.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 1 YUSUF R LANGGA 12018075.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 2 YUSUF R LANGGA 12018075.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 YUSUF R LANGGA 12018075.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 YUSUF R LANGGA 12018075.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 5 YUSUF R LANGGA 12018075.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 6 YUSUF R LANGGA 12018075.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 7 YUSUF R LANGGA 12018075.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi PUSTAKA Yusuf R Langga
PUBLIC Dedi Rosadi LAMPIRAN YUSUF R LANGGA 12018075.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi
Open Pit Mining merupakan metode penambangan yang hemat biaya dengan
mekanisasi operasional yang tinggi dan volume produksi yang besar. Selain itu,
selama beberapa dekade terakhir produksi batubara Indonesia meningkat menjadi
606,22 juta ton pada tahun 2021. Peningkatan ini disebabkan oleh kebutuhan
batubara dunia dan harga batubara yang terus meningkat. Akibatnya, sebagian besar
tambang batubara dalam negeri bersaing untuk meningkatkan produksi mereka
yang secara tidak langsung meningkatkan dimensi penggalian lubang bukaan
tambang. Perkembangan lubang bukaan yang lebih tinggi, lebih dalam, dan lebih
curam menyebabkan komplikasi besar terhadap risiko masalah kestabilan lereng
dalam skala besar. Analisis kestabilan lereng dilakukan pada Site Dizamatra
Powerindo, Lahat, Sumatera Selatan. Analisis dilakukan menggunakan metode
kesetimbangan batas yang meninjau kesetimbangan gaya dan momen, sedangkan
metode elemen hingga meninjau setiap elemen massa batuan. Data yang digunakan
dalam analisis terdiri dari dua, yaitu data primer yang didapatkan dari pemetaan
lapangan dan data sekunder yang didapatkan dari data bor geoteknik perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis pada bagian low-wall menggunakan metode
kesetimbangan batas, pada kondisi aktual menunjukkan lereng tidak aman pada
penampang 1 dan penampang 4, sedangkan analisis metode elemen hingga
menunjukkan lereng tidak aman pada penampang 4 dengan perpindahan kritis 9,9
cm. Hasil analisis pada bagian low-wall menggunakan metode kesetimbangan batas
dan elemen hingga pada kondisi desain, menunjukkan lereng tidak aman pada
penampang 2, penampang 3, dan penampang 4 dengan perpindahan kritis 5,2 – 12
cm. Analisis kesetimbangan batas pada bagian high-wall kondisi aktual dan desain,
semua penampang termasuk ke dalam kondisi aman. Analisis pada bagian highwall
menggunakan metode elemen hingga menunjukkan lereng tidak aman di
penampang 1 dan penampang 2 pada kondisi desain dengan perpindahan kritis
sebesar 11,7 – 12,7 cm. Rekomendasi lereng bagian low-wall, yaitu lereng dengan
tinggi 10 m, bench 5 m dan sudut lereng tunggal 12o, sedangkan bagian high-wall
dengan tinggi lereng 10 m, bench 10 m, memiliki sudut kritis lereng sebesar 53o.