ABSTRAK IMMANUEL NAPITUPULU 12016069.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi COVER IMMANUEL NAPITUPULU 12016069.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 1 IMMANUEL NAPITUPULU 12016069.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 2 IMMANUEL NAPITUPULU 12016069.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 IMMANUEL NAPITUPULU 12016069.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 IMMANUEL NAPITUPULU 12016069.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 5 IMMANUEL NAPITUPULU 12016069.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 6 IMMANUEL NAPITUPULU 12016069.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi PUSTAKA Immanuel Pandapotan Napitupulu
PUBLIC Dedi Rosadi LAMPIRAN IMMANUEL NAPITUPULU 12016069.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi
Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa Barat merupakan salah satu daerah di
Indonesia dengan kondisi geologi yang kemungkinan berpotensi mengandung
mineral logam dengan jumlah ekonomis. Penelitian dilakukan dalam cakupan
daerah seluas 56 km2 dengan tujuan untuk mengidentifikasi kondisi geologi yang
meliputi geomorfologi, struktur geologi, dan stratigrafi; serta mengidentifikasi zona
alterasi, keterdapatan mineralisasi, dan hubungannya dengan kondisi geologi.
Penelitian ini dilakukan dengan pemetaan lapangan, pengambilan sampel berupa
batuan segar, batuan terubah, urat dan uratan, serta sedimen sungai. Sampel
dianalisis dengan analisis petrologi, petrografi, mineragrafi, kimia unsur, dan
spektral.
Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi Satuan Dataran Aluvial Rempe,
Satuan Punggungan Aliran Lava Seteluk Atas, dan Satuan Punggungan Blok Sesar
Lamusung. Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari Satuan Batupasir, Satuan Lava
Andesit, Satuan Breksi Andesit, Satuan Granodiorit, Satuan Batugamping, dan
Satuan Aluvial. Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian relatif
berarah timur laut – barat daya dan barat laut – tenggara. Zona alterasi yang hadir
pada daerah penelitian dibagi menjadi zona epidot-klorit dengan temperatur
pembentukan berkisar 200°C - 360°C dan zona monmorilonit-ilit±kaolinit dengan
temperatur pembentukan berkisar 140°C - 200°C. Keterdapatan mineralisasi hadir
di dalam urat kuarsa dan urat oksida besi dengan arah orientasi relatif utara barat
laut – selatan tenggara. Mineralisasi yang terbentuk berupa mineral bijih dengan
urutan pembentukan diawali oleh mineral pirit, kalkopirit-sfalerit, galena, kovelit,
dan limonit. Berdasarkan zona alterasi dan mineral bijih yang terbentuk, tipe
endapan mineralisasi pada daerah penelitian merupakan tipe endapan epitermal
sulfidasi rendah. Kehadiran alterasi – mineralisasi dikontrol oleh kondisi geologi
pada daerah penelitian. Zona alterasi dikontrol oleh litologi berupa andesit dan
struktur dengan arah relatif timur laut – barat daya dan barat laut – tenggara.
Kehadiran mineralisasi di dalam urat merupakan hasil bukaan dari struktur
berpasangan berarah timur laut – barat daya.