digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Rujukan adalah proses untuk memberikan dukungan atau mentransfer manajemen pasien ke tingkat yang lebih tinggi (Hort et al., 2019). Pada sebagian besar kasus, rujukan diberikan ketika layanan kesehatan dasar tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, pelayanan, atau sumber daya manusia. Yayasan Kesehatan (Yakes) XYZ memiliki klinik yang memberikan pelayanan kesehatan dasar dan mengelola pelayanan kesehatan tingkat lanjut bagi pesertanya. Sebagai lembaga nirlaba, Yakes XYZ berfokus pada efisiensi biaya dengan tetap menjaga kualitas layanan. Studi ini dilakukan pada rentang tahun 2020 sampai dengan 2021 di Yakes XYZ Regional III. Pada tahun 2021 telah terjadi peningkatan jumlah rujukan ke spesialis sebesar 39% dibandingkan tahun sebelumnya pada ketiga klinik yang dimiliki. Hal ini berdampak pada naiknya biaya sebesar 13% (y-o-y), sehingga memberikan selisih sebesar Rp6.036.364.222 dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan rujukan ini berbanding terbalik dengan penurunan kunjungan pasien ke rawat jalan tingkat pertama sebesar 2% di tahun 2021. Rujukan ke spesialis dapat terjadi setelah pasien melakukan kunjungan rawat jalan tingkat pertama ke klinik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan data yang terkumpul diolah dan dianalisis sesuai dengan literatur yang digunakan untuk mengetahui dampaknya terhadap rujukan. Berdasarkan literature yang ada diketahui bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi rujukan ke spesialis, antara lain: sifat kebijakan sistem rujukan, sifat masalah kesehatan, sarana dan prasarana serta beban kerja dokter umum. Selanjutnya dilakukan analisa terhadap situasi bisnis yang berhubungan dengan ke-empat faktor tersebut di Yakes XYZ Regional III. Pada tahun 2021 terjadi peningkatan jumlah kunjungan pasien yang menggunakan layanan telemedicine. Selain itu, terjadi peningkatan kunjungan pasien dengan penyakit di luar kompetensi GP di tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan kapasitas pada layanan telemedicine di tahun 2021 mengurangi kapasitas layanan offline yang menyebabkan beban kerja GP meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Terkait sarana dan prasarana tidak ada perubahan antara tahun 2020 hingga 2021, yaitu masih tidak tersedianya beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Berdasarkan analisis situasi bisnis di Yakes XYZ Regional III dan analisis hasil dari pengujian hipotesis yang dilakukan, peneliti menyimpulkan akar penyebab dari isu bisnis yang diangkat. Kebijakan rujukan yang tidak jelas, kurangnya kapasitas layanan offline, kurangnya kompetensi dokter umum serta sarana dan prasarana yang tidak mendukung menjadi empat akar penyebab peningkatan rujukan ke dokter spesialis di tahun 2021. Rekomendasi mengenai kebijakan rujukan yang tidak jelas sebagai salah satu akar penyebab peningkatan rujukan ke spesialis antara lain membatasi jumlah rujukan ke spesialis per pasien per hari dan membuat kebijakan terkait rujukan telemedicine. Yakes XYZ Regional III juga dapat membuat kebijakan rujukan dengan memanfaatkan program rujukan yang diberikan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebagai upaya melakukan efisiensi dengan memanfaatkan klaim biaya dari BPJS Kesehatan. Estimasi efisiensi biaya yang diperoleh dari peserta dengan penyakit kronis seperti DM dan Hipertensi adalah sebesar Rp459.434.520. Biaya ini diasumsikan menggunakan target 30 peserta yang diikutsertakan dalam program. Selanjutnya mengatasi ketidaktersediaan sarana dan prasarana. Dalam penegakkan diagnosis diperlukan alat pemeriksaan seperti Snellen Chart dan Spirometri yang berguna untuk mendiagnosis gangguan refraksi dan Asma. Oleh karena itu, pengadaan alat pemeriksaan dan pelatihan bagi tenaga medis diharapkan dapat menurunkan angka rujukan pada kedua kasus tersebut. Jika kedua kasus tersebut dapat ditangani pada pelayanan rawat jalan tingkat pertama, maka biaya yang dapat diefisiensikan adalah sebesar Rp639.399.654 per tahun. Sedangkan biaya pengadaan alat pemeriksaan tidak lebih dari Rp5.000.000. Dalam hal mengatasi kurangnya kompetensi dokter umum dalam mengelola penyakit di Puskesmas, maka perlu dilakukan pelatihan bagi dokter umum. Salah satunya adalah kerjasama dengan Puskesmas dalam melaksanakan program pengendalian Tuberkulosis sebagai salah satu penyakit sesuai kompetensi dokter umum yang masuk dalam 20 besar rujukan tertinggi di tahun 2021. Melalui kerjasama dengan Puskesmas, Yakes XYZ Regional III bisa mendapatkan manfaat seperti sebagai pelatihan penanganan pasien TB dan efisiensi biaya pemeriksaan serta pengobatan. Estimasi efisiensi biaya yang dapat terjadi jika program ini berjalan adalah sebesar Rp86.958.514 per tahun, nilai ini dihitung berdasarkan data realisasi yang terjadi pada tahun 2021. Terakhir adalah peningkatan kapasitas layanan offline dengan memanfaatkan Aplikasi Yakes Mobile untuk memperkirakan kebutuhan dokter umum panggilan untuk mengatasi kurangnya kapasitas layanan offline. Berdasarkan hasil analisa perencanaan agregat yang dilakukan, diketahui bahwa penggunaan dokter umum panggilan akan jauh lebih efisien dibandingkan rekrutmen dokter umum permanen, dengan nilai efisiensi mencapai Rp151.639.634.