Abstrak Imam Priyono 22004005
PUBLIC Dedi Rosadi Cover Imam Priyono 22004005
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 1 Imam Priyono 22004005
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 2 Imam Priyono 22004005.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 3 Imam Priyono 22004005
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 4 Imam Priyono 22004005
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 5 Imam Priyono 22004005
PUBLIC Dedi Rosadi Dafta Pustaka Imam Priyono 22004005.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Lampiran I Petrografi
PUBLIC Dedi Rosadi Lampiran II Fosil
PUBLIC Dedi Rosadi Lampiran III Kimia Airtanah
PUBLIC Dedi Rosadi Lampiran IV Data Rekahan
PUBLIC Dedi Rosadi Lampiran V Data Misse A'la Mase
PUBLIC Dedi Rosadi Lampiran VI Data Wenner-Schlumberger1
PUBLIC Dedi Rosadi Lampiran VII Data Curah Hujan
PUBLIC Dedi Rosadi
Fenomena morfologi karst yang menarik di kawasan karst Buniayu, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat antara lain adalah berkembangnya rekahan dan rongga bawah permukaan berupa gua,
jaringan lorong gua serta menghilangnya aliran air permukaan ke dalam akifer karst. Fenomena
tersebut yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian hidrogeologi tentang
rekonstruksi jaringan endokarst, analisis debit dan parameter kimia airtanah dan pemahaman
sistem akifer dan aliran airtanah. Lokasi daerah penelitian terletak di kawasan karst Buniayu,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang terletak ± 20 km sebelah selatan kota Sukabumi, Jawa
Barat dengan luas ± 20 km2. Daerah penelitian mempunyai tiga jenis akifer, yaitu akifer karst,
akifer pelapukan breksi dan akifer pelapukan lempung pasiran. Fokus penelitian berada pada
akifer karst yang memiliki 15 mataair dan 2 lorong sungai bawah tanah (Gua Cipicung dan Gua
Siluman). Mataair karst, yaitu mataair Bibijilan mempunyai debit maksimal 1071 l/detik,
sedangkan 14 mataair lainnya memiliki debit yang bervariasi antara 2 – 60 l/detik.
Untuk rekonstruksi jaringan endokarst dilakukan pemetaan dengan metode langkah dan
kompas sepanjang lorong gua, dan uji resistivitas sebanyak 8 bentangan dengan metode Wenner-
Schlumberger dan Misse A’la Mase serta uji kalibrasi interpretasi dari hasil tes laboratorium
kedua metode geofisika tersebut. Hasil pengukuran metoda Wenner-Schlumberger yang dalam
interpretasi menggunakan hasil tes laboratorium, dinyatakan dengan posisi dan diameter gua,
yaitu : Bentangan-1 (775 mapl, tidak terdeteksi adanya rongga), Bentangan-2 (776 mapl, tidak
terdeteksi adanya rongga), Bentangan-3 (777 mapl, 20 m x 10 m), Bentangan-4 (775 mapl, 42 m
x 15 m), Bentangan-5 (774 mapl, 55 m x 10 m), Bentangan-6 (775 mapl, 25 m x 15 m),
Bentangan-7 (774 mapl, 6 m x 3 m), Bentangan-8 (775 mapl, 50 m x 5 m). Hasil metoda Misse
A’la Mase menghasilkan bahwa di dasar lorong Gua Cipicung (total 640 meter, seluruhnya
berair), sedangkan di lorong Gua Siluman (total 600 meter, air mengalir hanya sepanjang 100 m
dari mulut gua bagian selatan). Pada bagian lainnya kering dan air menghilang masuk melalui
rongga-rongga kecil dan rekahan di bagian dasar Gua Siluman.
Pengukuran debit mataair dilakukan terhadap 20 mataair yang berasal dari 15 mataair
akifer karst, 3 mataair akifer pelapukan breksi dan 2 mataair akifer pelapukan lempung pasiran.
Pengukuran debit mataair dilakukan selama 7 bulan (bulan Juni – Desember 2005). Berdasarkan
hasil pengukuran 20 mataair, dihasilkan debit minimum sebesar 0,1 l/detik di akifer lempung
pasiran di daerah Pasir Salam. Pada akifer karst, debit maksimum sebesar 1071 l/detik (Mataair
GP-6) di akifer karst batugamping di daerah Bibijilan dan mataair lain bervariasi antara 2 – 60
l/detik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa akifer karst batugamping merupakan akifer produktif.
Variasi debit mataair karst sangat dipengaruhi perubahan musim yang ditunjukkan dengan
ii
fluktuasi maksimal debit mataair Bibijilan yang sangat tajam, sebesar 60 l/detik dari musim
kemarau (debit 1011 l/detik) ke musim hujan (debit 1071 l/detik). Perilaku debit di akifer karst
mempunyai karakteristik khusus, dimana perubahan musim sangat berpengaruh terhadap
fluktuasi debit yang meningkat sangat tajam (maksimal bertambah 60 l/detik dari musim kemarau
ke musim hujan).
Pengukuran parameter fisika airtanah (temperatur udara-air, pH dan Daya Hantar Listrik
(DHL) dilakukan terhadap 20 contoh mataair dan 7 contoh air sungai bawah tanah pada bulan
Desember 2005, sedangkan kimia airtanah (elemen utama) dilakukan terhadap 8 buah contoh air
yang berasal dari 3 buah mataair, 3 buah air sungai bawah tanah, 1 buah air sumur penduduk dan
1 buah air hujan. Contoh air diambil pada dua periode, yaitu bulan Juni 2005 (musim kemarau)
dan bulan Januari 2006 (musim hujan). Analisis parameter fisika air terhadap 20 contoh mataair
dan 7 contoh air sungai bawah tanah. Menghasilkan data sebagai berikut : a) kisaran pH (5 – 7,5)
yang menunjukkan bahwa sifat air relatif asam – normal; b) kisaran DHL (18 – 364 ?S) dengan
nilai DHL terkecil (18 – 26 ?S) terdapat pada akifer lempung pasiran. Hal ini mengindikasikan
bahwa umumnya waktu kontak antara air dengan lempung pasiran tidak lama. Nilai DHL yang
terbesar terdapat pada akifer karst batugamping, yaitu 364 ?S. Hal ini mengindikasikan bahwa
waktu kontak antara air dan batugamping relatif cukup lama; c) zonasi temperatur untuk contoh
mataair akifer karst terletak pada zonasi hipotermal, sedangkan zonasi temperatur untuk contoh
air sungai bawah tanah terletak pada zonasi mesotermal. Berdasarkan diagram Piper, dihasilkan :
a) fasies Kalsium Bikarbonat pada air yang berasal dari akifer karst batugamping (Mataair dan air
sungai bawah tanah); b) fasies Natrium, Kalsium, Magnesium - Bikarbonat pada akifer lempung
pasiran. Komposisi kimia airtanah berkaitan dengan komposisi kimia batuan, hal ini dapat terlihat
dari hasil analisis petrografi yang mendukung hasil analisis komposisi kimia airtanah dengan
ditemukannya mineral kalsit (CaCO3) dan mineral lempung.
Berdasarkan analisis geometri pada mataair Bibijilan pada akifer karst Buniayu,
diinterpretasikan bahwa sistem aliran airtanah di akifer karst merupakan sistem imbuhan dan
keluaran lokal melalui akifer karst yang dicirikan dengan batugamping yang mengandung
rekahan dengan intensitas 15 rekahan/m2 dengan panjang rekahan terbuka bervariasi antara 10 –
62 cm. Hal ini dibuktikan dengan a) temperatur air (T = 22oC) masih dekat dengan temperatur
udara (T = 25oC); b) konsentrasi ion bikarbonat (HCO3
-) 204,5 mg/l atau 3,352 meq/l dan c) nilai
DHL 364 ?S. Selain itu fluktuasi debit yang terjadi sangat dipengaruhi musim hujan dengan
kenaikan 20 l/detik selama 1 bulan setelah hujan, sedangkan penurunan debit terjadi 2 bulan
setelah tidak turun hujan. Upaya konservasi mataair Bibijilan, khususnya debit air antara lain
adalah menjaga daerah imbuhan yang terletak di daerah karst itu sendiri, namun masih perlu
dilakukan upaya delineasi kawasan imbuhan secara lebih tepat.