digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK EUIS TINTIN 22003001
PUBLIC Dedi Rosadi

COVER EUIS TINTIN 22003001
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 1 EUIS TINTIN 22003001
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 2 EUIS TINTIN 22003001
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 3 EUIS TINTIN 22003001
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 4 EUIS TINTIN 22003001
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 5 EUIS TINTIN 22003001
PUBLIC Dedi Rosadi


LAMPIRAN EUIS TINTIN 22003001
PUBLIC Dedi Rosadi

Daerah penelitian terletak di Sub Cekungan Jambi, Sumatra Selatan. Di utara, Sub- Cekungan Jambi dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh, di barat oleh Pegunungan Bukit Barisan, di selatan oleh tinggian basemen yang sebagian muncul ke permukaan berupa Pegunungan Duabelas, serta di timur oleh tinggian basemen yang sebagian muncul ke permukaan berupa P. Belitung, P. Bangka, P. Singkep, dan P. Lingga. Litologi penyusun pada basemen pra-Tersier di Sub Cekungan Jambi yang diwakili oleh litologi di sumur JSB-3 adalah andesit, di sumur JSB-4 granit sedangkan di sumur JSB-6 granodiorit. Pembekuan magma di daerah penelitian mencerminkan mekanisme kristalisasi fraksionasi dengan adanya tekstur porfiritik dan glomeroporfiritik (di sumur JSB-3), serta adanya proses percampuran magma dalam generasi magma yang tercermin dari ketidakseimbangan tekstur dalam plagioklas. Dari hasil analisis kimia menunjukkan sifat menengah – asam, kalk alkalin, medium – high K, metaluminous dan berhubungan dengan zona subduksi (orogen) pada tepian benua aktif. Batuan granitoid di JSB-4 dan JSB-6 menunjukkan seri magnetit dengan tipe I. Granitoid Mesozoikum ini diperkirakan merupakan perluasan dari provinsi granit dari Thailand dan Burma, yang menguatkan pernyataan bahwa telah terjadi magmatisme yang berhubungan dengan subduksi sepanjang tepi baratdaya Sundaland sejak permulaan Mesozoikum. Alterasi hidrotermal yang terjadi pada batuan di sumur JSB-3, JSB-4 dan JSB-6 memiliki intensitas lemah sampai kuat. Dari pengamatan mikroskopis, alterasi yang terjadi umumnya melalui proses penggantian/replacement mineral-mineral primer yang disertai dengan proses pengisian pori ataupun rekahan oleh mineral sekunder. Tipe alterasi/zonasi alterasi menunjukkan outer/sub propilitik – filik dan berdasarkan episodenya didapatkan dua himpunan mineral alterasi yaitu pembentukan himpunan mineral klorit – ilit – kalsit pada episode 1 dan pembentukan himpunan mineral serisit ± kuarsa pada episode 2. Porositas sekunder yang dihasilkan merupakan hasil dari proses pelarutan terhadap mineral penyusun batuan terutama mineral sekunder dan porositas yang dihasilkan dari rekahan kosong yang di beberapa tempat berasosiasi dengan rekahan yang sebagian terisi. Secara umum intensitas dari alterasi berpengaruh terhadap porositas sekunder pelarutan yang dihasilkan, dimana dengan meningkatnya intensitas alterasi yang mengganti mineral primer porositas sekunder pelarutan juga meningkat. Selain intensitas alterasi, tipe mineral alterasi yang dihasilkan juga berpengaruh terhadap porositas sekunder pelarutan dari batuan. Rekahan yang terbentuk pada batuan di daerah penelitian minimal terjadi dalam tiga kejadian yang berbeda. Porositas yang dihasilkan dari rekahan didominasi oleh rekahan kosong yang terbentuk pada fase/kejadian terakhir (ketiga) sedangkan pada fase-fase sebelumnya rekahan ini telah terisi mineral sekunder karbonat (kalsit dan dolomit), serisit, kuarsa, klorit dan mineral opak.