digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Resya Wulanningsih
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Pembangunan, pengembangan, dan aktivitas manusia di kawasan pesisisr dapat mengancam kelestarian ekosistem mangrove. Hutan mangrove penting dilestarikan karena merupakan salah satu komponen ruang terbuka ijau kota dan bagian dari hutan lindung. Hutan mangrove di wilayah Jakarta Utara berfungsi menjaga wilayah pesisir dari abrasi yang telah mengakibatkan hilangnya sebagian besar wilayah pesisir utara Jakarta. Hutan mangrove Jakarta terbagi menjadi beberapa kawasan dengan pengelolaan yang berbeda, salah satunya adalah Taman Wisawa Alam Angke Kapuk seluas 99,82 ha. Kawasan ini telah dikembangkan menjadi area dengan fasilitas wisata sejak tahun 1995 dan dibuka untuk umum pada tahun 2010. Kawasan ini menjadi objek studi perancangan karena minat masyarakat untuk mengunjungi area ini sangat tinggi, namun banyak dijumpai berbagai permasalahan yang perlu diselesaikan secara desain dan pengelolaan. Permasalahan yang utama di area ini adalah kondisi hutan mangrove sudah banyak yang rusak akibat sampah, media hidup yang tercemar, dan kesalahan dalam sistem layering penanaman berdasarkan spesies tanaman mangrove. Selain permasalahan fisik lingkungan, pada tapak juga dijumpai masalah pengelolaan, strategi pemeliharaan, serta kurangnya usaha pengelola dalam melibatkan masyarakat dan pengunjung dalam kegiatan edukasi intensif dan pengenalan fitur ekosistem. Fitur lingkungan alami dan sumber daya alam di kawasan ini sangat potensial dan perlu didukung dengan perencanaan ulang fasilitas wisata, penyusunan program kegiatan, dan strategi pengelolaan yang tepat. Permasalahan eksternal kawasan yang dapat dianalisis rupanya terkait dengan rencana reklamasi pantai Utara Jakarta yang sekarang sedang berjalan. Reklamasi pulau-pulau baru di Utara Jakarta akan mengakibatkan menurunnya kadar salinitas air laut dan terhambatnya sirkulasi air laut ke pantai yang berakibat pada terganggunya pertumbuhan mangrove, kerusakan hutan, dan kegagalan usaha pelestarian mangrove. Tujuan akhir adalah untuk menghasilkan rencana kawasan wisata dengan memanfaatkan flora dan fauna sebagai daya tarik wisata dengan tetap melestarikan kawasan hutan mangrove sesuai prinsip ecological design melalui kegiatan wisata edukasi dan pengenalan model ekosistem. Untuk menjawab permasalahan, dilakukan analisis makro dan mikro kawasan, yang diturunkan menjadi kriteria dan konsep-konsep perancangan. Hasil perancangan berupa rencana induk kawasan, rencana tapak fasilitas wisata, rencana vegetasi, skema jalur sirkulasi, dan perancangan ruang habitat, serta skema pengembangandan tahapan rehabilitasi kawasan.