digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perusahaan rintisan adalah sebuah perusahaan yang secara faktual masih tergolong baru dan masih dalam tahap perintisan. Perusahaan rintisan lazimnya adalah perusahaan yang masih dalam tahap pengembangan dan pencarian pasar yang tepat. Belakangan, banyak perusahaan rintisan yng bermunculan dan menjamur bagai sebuah trend diseluruh belahan dunia, dengan ragam pendekatan innovatif dalam berbagai bidang, termasuk pendekatan mereka yang menyangkut pekerjaan yang menyita perhatian banyak pihak, karena begitu uniknya cara pandang dan pendekatan mereka jika dibandingkan dengan perusahaan lama yang sudah lebih dulu berdiri, terutama ketika banyak diantara perusahaan rintisan tersebut yang menjunjung tinggi istilah “flexible” ketika dihadapkan pada pertanyaan perihal berapa banyak hal yang perlu dikerjakan oleh para calon pegawai mereka per harinya, memberikan hembusan angin segar pada dunia bisnis yang kerap kali identik dengan waktu kerja yang tetap, dan aturan-aturan perusahaan yang kerap kali dinilai kaku. Lantas itulah yang membuat budaya yang dibawa oleh perusahaan rintisan lama kelamaan kian populer dalam dunia bisnis. Namun banyak juga perusahaan rintisan yang kerap kali mengalami kesulitan dalam menjaga jumlah perputaran pegawai dibawah sepuluh persen, jumlah pegawai yang keluar dan masuk diperusahaan rintisan terbilang jauh lebih dinamis ketimbang perusahaan yang sudah matang, Dan perusahaan rintisan XYZ tidak juga luput dari masalah ini. Contohnya, ada banyak ragam gejala yang akan kami bahas ketika itu berhubungan dengan kepuasan pegawai dan produktivitas di perusahaan XYZ, seperti bagaimana peneliti bisa menemukan informasi perihal pegawai perusahaan XYZ bisa bertanggung jawab atas terlalu banyak pokok pekerjaan, juga tidak adanya batasan jelas terhadapat jam kerja para pegawai dengan kehidupan pribadi mereka yang berimpak pada keseimbangan hidup mereka, serta temuan peniliti bahwa perusahaan XYZ tidak memberikan kompensasi finansial diluar gaji pokok dan tunjangan hari raya, ditambah lagi dengan ketiadaan pembayaran uang lembur yang disebabkan oleh “fleksibilitas’ jam kerja yang menyebabkan ketidakjelasan dalam menetapkan batasan lembur, yang ditambah lagi dengan adanya kemungkinan terciptanya linkup kerja yang kurang mendukung dan sehat, ketika segala hal yang peneliti sebutkan tadi di gabungkan, potensial untuk menjadi akar dibalik tingginya jumlah perputaran pegawai yang terbilang tinggi.