Sebagai negara penghasil sampah makanan (food waste) terbanyak nomor dua di dunia, Indonesia masih belum
memiliki pengelolaan dan pengolahan khusus. Salah satu wilayah berkepadatan tinggi di Kabupaten Bandung
Barat, dengan kecamatan prioritas pertanian, peternakan, dan agrowisata yaitu Kecamatan Lembang, memiliki
potensi besar dalam pemanfaatan hasil pengolahan food waste. Pada penelitian ini, dilakukan metode sampling
sampah dengan mengacu pada SNI 19-3964-1994 serta melakukan sampling kuesioner dan wawancara dengan
menghitung jumlah responden berdasarkan rumus Yamane (1963). Hasil sampling kemudian akan digunakan
untuk uji laboratorium guna melihat karakteristik food waste yang dihasilkan di Kecamatan Lembang agar
mengetahui jenis pengolahan terbaik untuk food waste. Berdasarkan hasil sampling dan uji lab, timbulan food
waste di Kecamatan Lembang mencapai 9,74 ton/hari atau setara dengan 56,93% dari total sampah yang
dihasilkan. Komposisi food waste didominasi oleh sayur dan buah, disusul oleh nasi, pasta, roti, dan biji serta
kulit. Proyeksi timbulan food waste di sepuluh tahun mendatang berada di angka 59,51 ton/hari dengan volume
186,04 m3
/hari. Densitas sampah sebesar 320 kg/m3 dengan kadar air, kadar volatil, kadar abu, kalor, dan C/N
berturut-turut adalah 51,45%; 76,23%; 23,77%; 4685 kkal/g ; 12,4. Teknologi pengolahan food waste kemudian
ditentukan dengan menggunakan metode Simple Additive Weighting. Dari lima teknologi yaitu anaerobic
digestion, aerobic digestion, incinerator, gasifikasi/pirolisis dan BSF (Black Soldier Fly) dipilih BSF sebagai
teknologi terbaik karena nilai parameter ekonomi, karakteristik, pemanfaatan lingkungan, efisiensi, dan produk
hasil pengolahan yang mengacu pada data sekunder lebih besar dibandingan keempat teknologi lainnya.
Sehingga, dari hasil analisis aliran material (MFA), didapatkan dalam satu hari, pengolahan sampah dengan BSF
mampu menghasilkan 1,17 ton pupuk basah, 1,96 ton pupuk kompos, dan 0,39 ton pakan ternak. Rekomendasi
alur pengolahan food waste di Kecamatan Lembang juga mengacu pada tahapan pengelolaan sampah dari PP no
81 tahun 2012 yang terdiri dari pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir. Serta mengacu pada Hierarchy Pengelolaan Sampah (WRAP). Rekomendasi alur pengolahan food waste dimulai dari
adanya pengurangan di sumber dengan komposting dan pemberian pakan hewan sebesar masing-masing 30% dari
total food waste yang dihasilkan. Kemudian 40% dari food waste tersebut dipilah dan dikirimkan ke pengolahan
komunal yang telah dilayani oleh pemerintah daerah sebesar 100%. Sehingga total food waste yang diolah dengan
BSF sebesar 3,92 ton/hari. BSF dimanfaatkan untuk pakan ternak, pupuk basah, dan pupuk ternak.