digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rizki Anggita Mahardika
PUBLIC Alice Diniarti

Jumlah lahan pertanian semakin mengalami penurunan seiring dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat. Alih fungsi lahan pertanian di Indonesia mencapai 100.000 hektar per tahun sehingga berdampak pada pengurangan laju produksi pangan. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan menerapkan sistem pertanian terintegrasi. Beberapa jenis sayuran pangan yang produksinya perlu ditingkatkan yaitu tanaman sayuran kailan (Brassica oleracea var. acephala), edamame (Glycine max L. Merrill), dan bunga kol (Brassica oleracea var. botrytis L.). Limbah tanaman sayuran diolah kembali menjadi pakan ternak sehingga menjadi sistem pertanian terintegrasi. Jenis kelinci pedaging yang diternakkan yaitu kelinci pedaging (Oryctolagus cuniculus) ras New Zealand White. Budidaya kelinci dapat memenuhi pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia yang semakin mengalami peningkatan dengan reduksi kebutuhan daging tahun 2030 sebanyak 45 kg/kapita. Daging kelinci mengandung protein yang tinggi dan lemak rendah sehingga lebih aman dari resiko kolesterol. Kotoran yang dihasilkan oleh kelinci digunakan sebagai pupuk bagi pertumbuhan tanaman. Ternak kelinci juga menghasilkan urin dan kotoran yang dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman. Kotoran dan urin yang berasal dari kelinci mempunyai kandungan NPK yang lebih tinggi yaitu 2.72%N, 1.1%P, dan 0.5%K dibandingkan dengan kotoran dan urin dari ternak lain sehingga memiliki potensi untuk meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanaman. Pra-rancangan sistem pertanian terintegrasi ini bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari budidaya tanaman baby kailan, edamame, dan kembang kol yang akan dijual ke pasaran, meningkatkan nilai guna budidaya tanaman dengan memanfaatkan limbah dari hasil budidaya tanaman sebagai pakan ternak sehingga mengurangi limbah, meningkatkan nilai ekonomi kelinci serta meningkatkan nilai guna limbah dari ternak kelinci sebagai pupuk organik untuk budidaya tanaman ataupun dikomersialkan. Luas lahan keseluruhan yang digunakan untuk sistem pertanian terintegrasi ini adalah 1.000 m2 dengan luas lahan untuk budidaya tanaman sebanyak 400 m2, 80 m2 untuk budidaya kelinci, 520 m2 untuk area pasca panen, gudang bahan baku dan peralatan, pengolahan kotoran air, penempatan air, serta kantor. Kapasitas produksi yang diperkirakan sebesar 178,75 kg/tahun, 29.920 kg/tahun, 1.664 kg/tahun. Pupuk organik dari kotoran kelinci yang dimanfaatkan sebanyak 10.656 kg/tahun dan POC dari urin kelinci sebanyak 2.531,15 liter/tahun. Kapasitas produksi kelinci sebanyak 518 ekor/tahun atau 1.144,78 kg/tahun. Limbah sayur yang dimanfaatkan sebagai pakan hijauan sebanyak 209,63 kg/tahun. Lokasi yang digunakan dalam sistem pertanian terintegrasi ini yaitu di Desa Cijagra, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 40383. Pemilihan lokasi didasarkan oleh kondisi lingkungan untuk syarat tumbuh tanaman dan ternak kelinci, ketersediaan bahan baku, serta akses transportasi. Neraca massa dan energi yang ditinjau dalam pra-rancangan ini meliputi subsistem budidaya sayuran, subsistem pemanfaatan limbah daun sebagai pakan hijauan, subsistem budidaya kelinci pedaging ras New Zealand White, dan subsistem pemanfaatan kotoran serta urin menjadi pupuk organik bagi tanaman. Subsistem budidaya sayuran terdiri atas 3 unit yaitu unit pembuatan larutan pupuk fertigasi dengan total neraca massa sebesar 25.913,73 kJ/tahun dan neraca energi sebesar 57.599,92 kJ/tahun. Unit pembuatan media tanam dengan total neraca massa sebesar 20.603,6 kJ/tahun dan neraca energi sebesar 177.133,82 kJ/tahun. Unit budidaya sayuran dengan total neraca massa sebesar 329.609,08 kJ/tahun dan neraca energi sebesar 225.428 kJ/tahun. Subsistem pemanfaatan limbah daun sebagai pakan hijauan memiliki total neraca massa sebesar 4.516,19 kg/tahun dan neraca energi sebesar 33.212,59 kJ/tahun. Subsistem budidaya kelinci pedaging ras New Zealand White memiliki total neraca massa sebesar 24.651,28 kg/tahun dan neraca energi 1.761.995,37 kJ/tahun. Subsistem pemanfaatan kotoran dan urin kelinci sebagai pupuk organik bagi tanaman terdiri dari 2 unit. Unit pengolahan kotoran padat menjadi pupuk kandang dengan neraca massa sebesar 12.754,29 kg/tahun dan neraca energi sebesar 88.566,91 kJ/tahun. Unit pengolahan urin menjadi pupuk organik cair dengan neraca massa sebesar 10.970 kg/tahun dan neraca energi sebesar 44.283,46 kJ/tahun. Investasi awal yang dibutuhkan dalam produksi sistem terintegrasi ini sebesar Rp192.548.188. Estimasi pendapatan kumulatif pada tahun pertama sebesar Rp 414.807.894,3. Pendapatan tersebut diperoleh dengan harga jual produk edamame, baby kailan, bunga kol kelinci pedaging, pupuk organik cair kelinci, dan pupuk kandang kelinci berturut-turut sebesar Rp15.000/kg, Rp63.200/kg, Rp20.000/kg, Rp300.000/kg, Rp30.000/liter, dan Rp10.000/kg. Payback Period (PP) adalah 11 bulan 4 hari sejak perusahaan mulai produksi. Nilai NPV yang diperoleh dari sistem pra-rancangan terintegrasi ini yaitu Rp2.119.948.321. Nilai NPV menunjukkan hasil positif (NPV>0) sehingga sistem pra-rancangan ini layak untuk diterapkan. Nilai NPV yang diperoleh menunjukkan keuntungan bersih selama 10 tahun mendatang sesuai nilai mata uang saat ini. Pengembalian modal (Payback Period/PP) yaitu selama 11 bulan 4 hari sejak perusahaan dijalankan. Nilai Profitability Index (PI) menunjukkan indeks keuntungan yang diperoleh dengan membagi NPV dengan total investasi. Selain itu dilakukan analisis profitabilitas dengan menentukan nilai Internal Rate of Return (IRR) yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang dinyatakan dalam rate of return (tingkat pengembalian modal) yang memiliki nilai NPV nol. Sehingga diperoleh nilai IRR sebesar 50,08% dan Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) perusahaan sebesar 2,83 . Oleh karena itu, pra-rancangan sistem budidaya terintegrasi ini layak dilaksanakan ditinjau dari segi finansial.