ABSTRAK Jefta Natanael
PUBLIC Alice Diniarti
COVER Jefta Natanael
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Jefta Natanael
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Jefta Natanael
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Jefta Natanael
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Jefta Natanael
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Jefta Natanael
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Jefta Natanael
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Gunung Sawal (Ciamis, Jawa Barat) memiliki fungsi habitat dan hidrologi penting
di Pulau Jawa. Area ini merupakan salah satu daerah tangkapan air utama Daerah
Aliran Sungai Citanduy dengan sumber air dan aliran sungai melimpah yang
mendukung terbentuknya ekosistem riparian, yang menjadi salah satu habitat
penting bagi Kelas Amfibia dan Reptilia (herpetofauna). Namun, meski di
dalamnya terdapat Suaka Margasatwa Gunung Sawal, data inventaris herpetofauna
serta informasi distribusinya, baik di dalam maupun di luar kawasan konservasi
belum banyak tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola distribusi
herpetofauna di sepanjang zona riparian Sungai Ci Gede, salah satu sungai di
Gunung Sawal. Pengambilan data herpetofauna dilakukan dengan dua pendekatan,
yaitu Visual Encounter Survey (VES) pada 16-31 Juli 2022 dan pendataan tidak
terstruktur yang diambil menggunakan data kumullatif sejak tahun 2020. Metode
VES dilakukan dalam empat transek (@ l.k. 1 km), yaitu: (1) daerah pemukiman
(DP); (2) sawah (SA); (3) batas kawasan (BK); dan (4) curug tilu (CT). Pendataan
tidak terstruktur dikumpulkan berdasarkan temuan insidental peneliti dan pengamat
lain dalam keempat transek. Data parameter fisika-kimia yang diambil berupa suhu
dan kelembapan udara, intensitas cahaya, pH dan kelembapan tanah, serta suhu
tanah. Data herpetofauna kemudian dianalisis untuk: (1) mendeskripsikan tingkat
kekayaan herpetofauna melalui estimasi keragaman spesies minimum (EstimateS
9.1.0, estimator: Chao2 dan Jackknife2) serta penentuan tingkat kekayaan,
kelimpahan, indeks keragaman Shannon-Wiener, kemerataan dan dominansi
spesies; (2) mengukur kemiripan spesies antar transek (metode hierarchical
clustering, model Jaccard dan Sorensen, RStudio (R v.4.2.1), package vegan v.2.6-
2); dan (3) memetakan pola distribusi herpetofauna (ArcGIS v.10.4). Analisis
statistik deskriptif dan inferensial data abiotik dilakukan menggunakan RStudio (R
v.4.2.1) package tidyverse v.1.3.2. Berdasarkan data VES, ditemukan 652 individu
herpetofauna (39 spesies/13 famili), terdiri dari 524 individu Amfibia (18 spesies/6
famili) dan 128 individu Reptilia (21 spesies/7 famili). Meskipun data VES belum
mendekati hasil perkiraan keragaman spesies minimum (44 dan 51 spesies menurut
Chao2 dan Jackknife2), data keseluruhan mencatat 53 spesies herpetofauna dari 17
famili (Amfibia: 19 spesies/6 famili; Reptilia: 34 spesies/11 famili). Transek SA
memiliki kekayaan spesies (26), indeks keanekaragaman (2,84) dan kemerataan
(0,87) tertinggi yang diduga disebabkan oleh ketersediaan relung ekologis yang
lebih beragam. Kelimpahan individu dan indeks dominansi tertinggi ditemukan di
transek CT (0,33) yang juga diduga merupakan hotspot area bagi L. javanica.
Terdapat kemiripan inventaris spesies antara transek DP-SA dan BK-CT
berdasarkan hasil hierarchical clustering, hal ini didukung oleh pola kemiripan yang sama dari data abiotik dan disebabkan oleh faktor elevasi, tutupan vegetasi,
serta tingkat aktivitas antropogenik pada transek. Reptilia memiliki pola distribusi
clumped di daerah tinggi aktivitas antropogenik yang diduga dipengaruhi
keberadaan mangsa berupa hewan domestik. Amphibia memiliki pola cenderung
regular di sepanjang zona riparian karena keberadaannya yang secara umum terikat
pada air. Meski tergolong hewan “endangered”, L. javanica memiliki kelimpahan
terbesar (20,55%), diduga disebabkan kesesuaian dan kelestarian habitat yang
tinggi dalam kawasan konservasi. Secara umum, tingginya catatan herpetofauna di
zona riparian Sungai Ci Gede menunjukkan pentingnya manajemen yang optimal
di kawasan konservasi dan zona penyangga sekitarnya untuk menjamin kelestarian
herpetofauna Gunung Sawal.