Masyarakat Indonesia masih mengandalkan minyak mentah sebagai sumber energi
terutama dalam kehidupan sehari-hari. Konsumsi minyak mentah tahunan
Indonesia terus meningkat, sementara produksi dalam negeri terus merosot dan
memaksa Indonesia berubah menjadi net importer. Sebagai negara net importer,
Indonesia banyak membeli minyak mentah dari luar negeri sehingga harus terus
memantau harga berbagai jenis minyak mentah yang ada di pasar. Hal ini karena
harga minyak mentah yang dibeli menjadi salah satu input penyusunan berbagai
kebijakan, seperti besar subsidi untuk BBM dan listrik dalam APBN, penentuan
pendapatan dan pengeluaran negara, antisipasi inflasi, dan lain-lain. Sejauh ini,
pemerintah Indonesia hanya menggunakan harga minyak mentah existing untuk
menyusun kebijakan tersebut. Padahal, prediksi harga komoditas di masa
mendatang merupakan input yang krusial dalam proses pengambilan keputusan
suatu negara. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
sebuah metode prediksi harga minyak mentah, khususnya jenis WTI, Brent, dan
Dubai, menggunakan nowcasting. Nowcasting dapat memberikan prediksi secara
agile untuk keperluan pengambilan keputusan yang cepat, terutama di tengah
kondisi dengan ketidakpastian besar, seperti pada masa pandemi COVID-19.
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data harga dan data prediktor berupa
indeks pencarian Google Trends serta data USDX dari tanggal 1 Januari 2017
hingga 31 Desember 2021. Model prediksi yang digunakan adalah multiple linear
regression, decision tree, random forest, dan gradient boost. Performa model
prediksi diukur menggunakan MAPE, di mana model dengan MAPE terkecil akan
dipilih sebagai model terbaik untuk jenis minyak mentah tertentu. Hasil penelitian
menunjukkan model yang terbaik untuk jenis minyak mentah WTI dan Dubai
adalah random forest dengan MAPE sebesar 10.20% dan 17.17%. Sementara itu,
Brent memiliki nilai MAPE sebesar 4.75% dengan menggunakan model gradient
boost.