digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Wellia Gustiari
PUBLIC Dewi Supryati

COVER - Wellia Gustiari.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

BAB I - Wellia Gustiari.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

BAB II - Wellia Gustiari.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

BAB III - Wellia Gustiari.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

BAB IV - Wellia Gustiari.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

BAB V - Wellia Gustiari.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

BAB VI - Wellia Gustiari.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

PUSTAKA Wellia Gustiari
PUBLIC Dewi Supryati

LAMPIRAN - Wellia Gustiari.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

Pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap lembaga pelatihan dan pendidikan, salah satunya Pusat Pengembangan Sumber Daya Kemetrologian (PPSDK), yang mengubah skema pelatihan dari konvensional menjadi daring. Semenjak dilakukannya pelatihan secara daring melalui LMS Kudagang, terjadi penurunan tingkat kelulusan peserta pelatihan sebesar 23%. Hal ini disebabkan oleh penggunaan LMS Kudagang yang tergolong baru dan tingkat penggunaan LMS Kudagang oleh peserta pelatihan yang masih tergolong rendah (didominasi oleh Generasi X sebesar 67%). Salah satu alasan utama yang menyebabkan penerimaan LMS sebagai media pembelajaran daring belum optimal yaitu kurangnya pemahaman terkait faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi penerimaan peserta pelatihan terhadap LMS Kudagang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model penerimaan LMS oleh peserta pelatihan dari sudut pandang lintas generasi yang mencakup faktor knowledge management process, karakteristik individu, karakteristik sistem, sikap pengajar, dan budaya. Model yang dikembangkan berbasis Technology Acceptance Model (TAM) terdiri atas 50 indikator yang merefleksikan 13 variabel laten penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner secara online kepada 46 peserta pelatihan Generasi X dan 131 Generasi Y yang mengikuti pelatihan kemetrologian secara daring. Selanjutnya, data diolah menggunakan teknik PLS-SEM dengan bantuan perangkat lunak SmartPLS v.3.2.9. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antar seluruh variabel inti TAM terbukti signifikan dan perceived usefulness adalah prediktor terkuat yang mempengaruhi niat peserta pelatihan untuk menggunakan LMS Kudagang. Computer self-efficacy merupakan determinan terkuat yang menentukan persepsi kemudahan penggunaan LMS Kudagang. Sementara knowledge sharing merupakan prediktor terkuat dalam menentukan persepsi kegunaan LMS Kudagang. Dalam konteks penggunaan LMS Kudagang yang mendadak dan dipaksakan, efek moderasi budaya tidak mempengaruhi niat penggunaan terhadap penggunaan LMS Kudagang secara aktual. Terakhir, hasil MGA menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara peserta pelatihan Generasi X dan Generasi Y dalam hal pengaruh perceived ease of use dan system response terhadap perceived usefulness. Semakin mudah penggunaan LMS Kudagang, maka persepsi Generasi X terhadap kegunaan LMS Kudagang lebih besar dibandingkan Generasi Y. Sebaliknya, semakin cepat dan konsisten LMS Kudagang dalam merespon permintaan peserta pelatihan, maka persepsi Generasi Y terhadap kegunaan LMS Kudagang lebih besar dibandingkan Generasi X. Terakhir, implikasi manajerial dari hasil penelitian ini diantaranya adalah lembaga pelatihan perlu mengoptimalkan fitur berbagi pengetahuan agar peserta pelatihan merasa bahwa LMS Kudagang berguna dalam proses pembelajaran, misalnya penggunaan gamifikasi dalam fitur forum diskusi.