digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Haikal Sayyid Difa
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER _Haikal Sayyid Difa.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB I _Haikal Sayyid Difa.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II _Haikal Sayyid Difa.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III _Haikal Sayyid Difa.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV _Haikal Sayyid Difa.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB V _Haikal Sayyid Difa.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Haikal Sayyid Difa
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN_Haikal Sayyid Difa.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) memiliki peran yang penting dan strategis dalam pelestarian keanekaragaman hayati. Salah satu ancaman yang mengganggu di TNGC ini adalah kebakaran hutan yang selalu terjadi dan berfluktuasi sepanjang tahun sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan tutupan vegetasi setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan klasifikasi tutupan vegetasi TNGC dan mengetahui perubahan tutupan vegetasi TNGC selama sepuluh tahun terakhir pasca kegiatan pemulihan ekosistem tahun 2009. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2022, berlokasi di Kawasan TNGC, Provinsi Jawa Barat dengan luas kawasan sekitar 14.841 ha. Metode klasifikasi tutupan vegetasi yang digunakan adalah klasifikasi terbimbing (supervised classification). Kawasan TNGC dapat dibagi menjadi empat tipe tutupan vegetasi yaitu hutan primer, hutan sekunder, semak belukar, dan lahan terbuka. Keempat tutupan vegetasi ini mengalami fluktuasi cukup tinggi sepanjang tahun yang diakibatkan oleh faktor kebakaran hutan dan kegiatan pemulihan ekosistem yang dijalankan oleh pengelola TNGC setiap tahunnya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa selama tahun 2011-2021, Kawasan TNGC memiliki empat tipe tutupan vegetasi dengan luas tutupan vegetasi hutan primer cenderung meningkat sebesar 32,49%, hutan sekunder cenderung menurun sebesar 48,24%, dan semak belukar serta lahan terbuka yang berfluktuasi akibat kebakaran hutan dengan penurunan masing-masing sebesar 10,13% dan 9,05%. Terdapat dua wilayah yang mengalami hambatan proses suksesi dan membutuhkan perlakuan khusus, yaitu wilayah Pasawahan dan Lambosir.