Manifestasi panas bumi berupa air panas, dan batuan alterasi ditemukan di Kadidia
Selatan, Sulawesi Tengah. Fluida panas bumi daerah Kadidia dipengaruhi dengan
fluida magmatik dengan perkiraan presentase sebesar ±10 – 20%. Aktifitas
kegempaan di Danau Lindu dan adanya segmen dari pergerakan sesar aktif Palu
Koro, diperkirakan menjadi pengontrol pembentukan sistem panas bumi di daerah
Kadidia. Maka, dilakukanlah studi data gayaberat menggunakan nilai gayaberat
observasi yang diperoleh dari PSDMBP dengan jarak antar titik yang bervariasi 250
– 1500 m, untuk dapat menggambarkan sistem panas bumi daerah Kadidia dan
Kadidia Selatan. Pengolahan data gayaberat dilakukan dengan menghitung anomali
Bouguer lengkap, pemisahan anomali regional dan residual dengan polynomial
trend surface, upward continuation, dan moving average, dan interpretasi melalui
forward modeling dan inverse modeling. Berdasarkan pengolahan dan pemodelan
data gayaberat pada daerah panas bumi Kadidia dan Kadidia Selatan, diketahui
bahwa Formasi batuan gunungapi Tineba diperkirakan sebagai heat source,
ditunjukkan dengan nilai kontras densitas positif, begitu juga dengan lapisan granit
di atasnya yang terpanaskan oleh heat source menjadi conductive heated zone yang
ditunjukkan dengan nilai kontras densitas positif pula. Sedangkan pada granit yang
terekahkan ditunjukkan dengan nilai kontras densitas negatif, diduga sebagai
reservoir dari panas bumi daerah Kadidia. Didukung dengan model magnetotelurik
dan studi geokimia, sistem panas bumi Kadidia dan Kadidia Selatan diketahui
memiliki reservoir yang berbeda, hal ini ditunjukkan dengan nilai densitas yang
berbeda di baratdaya dan timurlaut daerah penelitian pada hasil dari forward
modeling dan inverse modeling.