digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB I.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB V.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Puti Maharani Nabila Mumtaz
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

DAFTAR SIMBOL.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Indonesia merupakan negara pengimpor metanol dengan angka impor yang terus mengalami peningkatan dari tahun 2017 – 2021 dengan impor terbesar pada tahun 2021 mencapai 0,98 juta ton metanol yang diimpor. Sementara itu, produksi metanol di Indonesia hanya sebesar 0,66 juta ton per tahun. Guna menekan angka impor metanol dan meningkatkan produksi metanol dalam negeri, perlu dicari bahan baku sintesis yang lebih murah dan tersedia luas. Hilirisasi batu bara menjadi metanol adalah jawaban untuk permasalahan tersebut. Akan tetapi, berbeda dari gas sintesis hasil reformasi kukus gas alam yang memiliki komposisi mol H2/CO sebesar 3. Gas sintesis hasil gasifikasi batu bara dimana rasio H2/CO yang dihasilkan bergantung pada komposisi umpan yang dialirkan ke dalam gasifier. Oleh karena itu, pemodelan dan analisis reaktor lanjut perlu dilakukan untuk mengidentifikasi profil serta perilaku reaktor sintesis metanol dengan umpan gas sintesis hasil gasifikasi batu bara. Model reaktor yang akan digunakan pada penelitian ini adalah model reaktor RAS untuk mengevaluasi profil laju reaksi, konversi karbon oksida dan hidrogen, serta perolehan metanol pada rentang variabel kondisi operasi yang sudah dietetapkan. Berdasarkan asil analisis reaktor operasi mode operasi isotermal ditetapkan temperatur 210°C, tekanan 80 bar, GHSV 1000 /jam, dan komposisi umpan CO:CO2:H2 2:1:2 menghasilkan perolehan metanol maksimum sebesar 16,54%. Kemudian berdasarkan hasil simulasi reaktor mode operasi adiabatik ditetapkan temperatur 200°C, tekanan 80 bar, GHSV 16.000 /jam, dan komposisi umpan CO:CO2:H2 2:1:5 menghasilkan perolehan metanol maksimum sebesar 1,05%. Sedangkan berdasarkan hasil simulasi reaktor mode operasi non-adiabatik non-isotermal ditetapkan temperatur 200°C, tekanan 80 bar, GHSV 500 /jam, dan komposisi umpan CO:CO2:H2 2:1:5 menghasilkan perolehan metanol maksimum sebesar 11,66%.