digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK I Putu Ikrar Satyadharma
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER - I PUTU IKRAR S..pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB I - I PUTU IKRAR S..pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II - I PUTU IKRAR S..pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III - I PUTU IKRAR S..pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV - I PUTU IKRAR S..pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB V - I PUTU IKRAR S..pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA I Putu Ikrar Satyadharma
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN - I PUTU IKRAR S..pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Astaksantin adalah senyawa karotenoid dengan aktivitas antioksidan yang jauh lebih kuat dari senyawa antioksidan lain. Astaksantin diproduksi dalam berbagai organisme autotrofik, seperti alga hijau air tawar Spirogyra sp., walau dalam jumlah yang terbatas. Produksi astaksantin dalam alga hijau diduga dapat meningkat dengan penambahan sumber karbon anorganik maupun organik ke dalam medium kultivasi. Pada penelitian ini, pengaruh dari penambahan sumber karbon organik (CH3COOH) dengan parameter rasio C/N terhadap pertumbuhan dan produksi astaksantin dalam kultur Spirogyra sp., serta rasio C/N optimal dieksplorasi. Spirogyra sp. dikultivasi dalam medium BG-11 25% dengan variasi penambahan CH3COOH menyesuaikan rasio C/N 1:1; 2:1; 3:1; 4:1; dan 5:1. Sumber nitrogen berasal dari komposisi medium BG-11 25% standar (NaNO3). Setiap perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali. Kultivasi dilakukan selama 15 hari dengan pemanenan dilakukan secara destruktif setiap 3 hari. Kandungan astaksantin dalam ekstrak biomassa kering Spirogyra sp. dianalisis menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dengan kolom C-18 reverse phase, eluen metanol:akubides (95:5 v/v), laju alir 1 mL/menit dan deteksi menggunakan UV ? 482 nm. Model Logistik dan Haldane digunakan untuk mengestimasi nilai parameter kinetika pertumbuhan biomassa. Parameter kinetika konsumsi substrat NaNO3 juga diestimasi menggunakan model Haldane. Persamaan Luedeking-Piret kemudian digunakan untuk mengestimasikan parameter kinetik produksi astaksantin. Signifikansi data dari percobaan terhadap perlakuan dianalisis menggunakan uji ANOVA dan uji post-hoc Tukey. Korelasi juga diuji menggunakan parameter Pearson Correlataion Coefficient. Hasil percobaan menunjukkan peningkatan perolehan biomassa pada penambahan CH3COOH dengan biomassa maksimum tertinggi diperoleh pada rasio C/N 1:1 sebesar 373,4 ? 61,2 mg/L pada hari ke-15. Penambahan CH3COOH juga ditemukan meningkatkan produksi astaksantin, dengan kadar astaksantin tertinggi diperoleh pada rasio C/N 1:1 sebesar 70,1 ? 41,3 ?g/g berat kering pada hari ke-9. Berdasarkan analisis response surface methodology (RSM) menggunakan interpolasi thin plate spline, perolehan astaksantin tertinggi diprediksi akan diperoleh pada rentang konsentrasi karbon 46,5 - 78,3 mg/L atau setara dengan rasio C/N 0,74:1 – 1,25:1; dalam periode kultivasi 8,5 - 9,7 hari. Berdasarkan estimasi produktivitas astaksantin, produktivitas tertinggi diperoleh pada rasio C/N 4:1 sebesar 3,31 ?g L-1 hari-1.