digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Berdasarkan laporan tahunan, PT ABC yang merupakan sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), mengalami penurunan pada capaian KPI dan kinerja keuangannya secara berturut-turut pada tahun 2019 dan 2020. Penurunan tersebut berhubungan dengan tantangan yang mereka hadapi untuk memperoleh proyek-proyek baru yang didorong oleh adanya perlambatan belanja APBN pemerintah serta meningkatnya persaingan, baik dari sesama perusahaan BUMN maupun perusahaan asing. Untuk menghadapi tantangan tersebut, perusahaan memerlukan dukungan yang kuat dari seluruh pegawainya, termasuk para staffnya sebagai pihak yang bekerja dan bertanggung jawab langsung di lapangan. Agar dapat mendukung perusahaan dalam meningkatkan kinerjanya, para staff perlu memanfaatkan keterampilan dan pengetahuan mereka secara maksimal. Untuk dapat melakukan hal tersebut, para staff harus memiliki kompetensi lunak yang sesuai dan dapat mendorong mereka untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan teknisnya. Namun demikian, berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, telah ditemukan beberapa beberapa keluhan terkait kompetensi lunak para karyawannya. Selain itu, manajemen kompetensi lunak di PT ABC masih belum optimal dikarenakan beberapa hal yaitu kurangnya fokus perusahaan untuk mengembangkan kompetensi lunak para staffnya serta model kompetensi lunak yang sudah tidak relevan. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis melakukan pemetaan kompetensi lunak di PT ABC untuk membantu perusahaan dalam mengidentifikasi kompetensi lunak yang dibutuhkan oleh staff serta menentukan kompetensi lunak yang perlu ditingkatkan. Untuk melaksanakan proses pemetaan kompetensi lunak, penulis menggunakan model pemetaan kompetensi komprehensif yang dikembangkan oleh Agnihotri, et. al., (2018) yang didalamnya terdiri atas tiga langkah utama yaitu, identifikasi kompetensi, penilaian kompetensi, dan penyelerasan kompetensi dengan strategi SDM. Bersamaan dengan itu, penulis juga melakukan klasifikasi kompetensi berdasarkan model yang dikembangkan oleh DDI untuk melakukan identifikasi serta penilaian atas kompetensi lunak yang dibagi menjadi dua kategori yaitu kompetensi utama dan kompetensi spesifik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi exploratory dimana pengambilan data kualitatif (tinjauan dokumen, tinjuan pustaka, dan wawancara dengan perwakilan manajemen) awalnya dilakukan untuk mengidentifikasi kompetensi lunak yang kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data kuantitatif (kuesioner self-report) untuk menilai kompetensi melalui analisa kesenjangan. Dalam studi ini, terdapat empat kompetensi utama yang teridentifikasi yaitu “Achievement,” “Building Trust,” “Continuous Learning,” dan “Collaborating” yang ditentukan berdasarkan budaya dan nilai-nilai perusahaan serta berlaku untuk seluruh pegawai. Sementara itu, kompetensi spesifik lebih disesuaikan dengan masing-masing pekerjaan dimana dalam penelitian ini, kompetensi tersebut ditentukan berdasarkan gambaran umum pekerjaan dari masing-masing klaster yaitu klaster utama dan klaster pendukung. Kompetensi spesifik yang teridentifikasi untuk klaster utama meliput “Customer Focus,” “Managing Work,” dan “Monitoring Evaluating” sementara kompetensi untuk klaster pendukung meliputi “Customer Focus,” “Analysis,” dan “Continuous Improvement.” Berdasarkan hasil penilaian dan analisa kesenjangan, ditemukan bahwa terdapat empat kompetensi lunak yang memperoleh gap negatif diantaranya “Building Trust,” “Collaborating,” “Continuous Learning,” dan “Continuous Improvement.” Namun demikian, meskipun keempat kompetensi tersebut perlu ditingkatkan, akan tetapi penulis hanya akan memfokuskan solusi pengembangan pada kompetensi-kompetensi dengan nilai gap negatif terbesar yaitu “Continuous Learning” dan “Continuous Improvement” yang sama-sama memperoleh nilai (-0,07). Dengan demikian, penulis mengusulkan dua solusi bisnis bagi PT ABC yaitu implementasi Sistem Manajemen Pembelajaran (LMS) untuk meningkatkan kompetensi “Continuous Learning” dan perbaikan pelaksanaan daily accountability untuk meningkatkan kompetensi “Continuous Improvement.” Meskipun kedua solusi bisnis ini bertujuan untuk meningkatkan kedua kompetensi tersebut, akan tetapi secara tidak langsung mereka juga akan turut berpengaruh pada kedua kompetensi lainnya yaitu "Building Trust" dan "Collaborating.” Hal ini berlandaskan pada beberapa literatur yang mengindikasikan bahwa keempat kompetensi tersebut memiliki keterkaitan pada tingkat tertentu. Sebagai upaya untuk memfokuskan pada sisi teknis maupun sisi personal, penulis menggunakan Warner’s integrated change management model (2013) dalam membuat rencana implementasi.