Berdasarkan laporan tahunan, PT ABC yang merupakan sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), mengalami penurunan pada capaian KPI dan kinerja keuangannya secara berturut-turut pada
tahun 2019 dan 2020. Penurunan tersebut berhubungan dengan tantangan yang mereka hadapi untuk
memperoleh proyek-proyek baru yang didorong oleh adanya perlambatan belanja APBN pemerintah
serta meningkatnya persaingan, baik dari sesama perusahaan BUMN maupun perusahaan asing. Untuk
menghadapi tantangan tersebut, perusahaan memerlukan dukungan yang kuat dari seluruh pegawainya,
termasuk para staffnya sebagai pihak yang bekerja dan bertanggung jawab langsung di lapangan. Agar
dapat mendukung perusahaan dalam meningkatkan kinerjanya, para staff perlu memanfaatkan
keterampilan dan pengetahuan mereka secara maksimal. Untuk dapat melakukan hal tersebut, para staff
harus memiliki kompetensi lunak yang sesuai dan dapat mendorong mereka untuk menggunakan
keterampilan dan pengetahuan teknisnya. Namun demikian, berdasarkan survei pendahuluan yang telah
dilakukan, telah ditemukan beberapa beberapa keluhan terkait kompetensi lunak para karyawannya.
Selain itu, manajemen kompetensi lunak di PT ABC masih belum optimal dikarenakan beberapa hal
yaitu kurangnya fokus perusahaan untuk mengembangkan kompetensi lunak para staffnya serta model
kompetensi lunak yang sudah tidak relevan. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis melakukan
pemetaan kompetensi lunak di PT ABC untuk membantu perusahaan dalam mengidentifikasi
kompetensi lunak yang dibutuhkan oleh staff serta menentukan kompetensi lunak yang perlu
ditingkatkan.
Untuk melaksanakan proses pemetaan kompetensi lunak, penulis menggunakan model pemetaan
kompetensi komprehensif yang dikembangkan oleh Agnihotri, et. al., (2018) yang didalamnya terdiri
atas tiga langkah utama yaitu, identifikasi kompetensi, penilaian kompetensi, dan penyelerasan
kompetensi dengan strategi SDM. Bersamaan dengan itu, penulis juga melakukan klasifikasi
kompetensi berdasarkan model yang dikembangkan oleh DDI untuk melakukan identifikasi serta
penilaian atas kompetensi lunak yang dibagi menjadi dua kategori yaitu kompetensi utama dan
kompetensi spesifik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi exploratory dimana
pengambilan data kualitatif (tinjauan dokumen, tinjuan pustaka, dan wawancara dengan perwakilan
manajemen) awalnya dilakukan untuk mengidentifikasi kompetensi lunak yang kemudian dilanjutkan
dengan pengambilan data kuantitatif (kuesioner self-report) untuk menilai kompetensi melalui analisa
kesenjangan. Dalam studi ini, terdapat empat kompetensi utama yang teridentifikasi yaitu
“Achievement,” “Building Trust,” “Continuous Learning,” dan “Collaborating” yang ditentukan
berdasarkan budaya dan nilai-nilai perusahaan serta berlaku untuk seluruh pegawai. Sementara itu,
kompetensi spesifik lebih disesuaikan dengan masing-masing pekerjaan dimana dalam penelitian ini,
kompetensi tersebut ditentukan berdasarkan gambaran umum pekerjaan dari masing-masing klaster
yaitu klaster utama dan klaster pendukung. Kompetensi spesifik yang teridentifikasi untuk klaster utama
meliput “Customer Focus,” “Managing Work,” dan “Monitoring Evaluating” sementara kompetensi
untuk klaster pendukung meliputi “Customer Focus,” “Analysis,” dan “Continuous Improvement.”
Berdasarkan hasil penilaian dan analisa kesenjangan, ditemukan bahwa terdapat empat kompetensi lunak yang memperoleh gap negatif diantaranya “Building Trust,” “Collaborating,” “Continuous
Learning,” dan “Continuous Improvement.” Namun demikian, meskipun keempat kompetensi tersebut
perlu ditingkatkan, akan tetapi penulis hanya akan memfokuskan solusi pengembangan pada
kompetensi-kompetensi dengan nilai gap negatif terbesar yaitu “Continuous Learning” dan
“Continuous Improvement” yang sama-sama memperoleh nilai (-0,07).
Dengan demikian, penulis mengusulkan dua solusi bisnis bagi PT ABC yaitu implementasi Sistem
Manajemen Pembelajaran (LMS) untuk meningkatkan kompetensi “Continuous Learning” dan
perbaikan pelaksanaan daily accountability untuk meningkatkan kompetensi “Continuous
Improvement.” Meskipun kedua solusi bisnis ini bertujuan untuk meningkatkan kedua kompetensi
tersebut, akan tetapi secara tidak langsung mereka juga akan turut berpengaruh pada kedua kompetensi
lainnya yaitu "Building Trust" dan "Collaborating.” Hal ini berlandaskan pada beberapa literatur yang
mengindikasikan bahwa keempat kompetensi tersebut memiliki keterkaitan pada tingkat tertentu.
Sebagai upaya untuk memfokuskan pada sisi teknis maupun sisi personal, penulis menggunakan
Warner’s integrated change management model (2013) dalam membuat rencana implementasi.