Produksi biji kakao sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam penyerbukan, sehingga peranan
serangga penyerbuk sangat dibutuhkan. Kehadiran serangga penyerbuk sangat dipengaruhi
oleh keadaan kondisi pertanaman diantaranya adalah karena faktor kerapatan kanopi.
Kerapatan kanopi pada pertanaman kakao dapat berbeda dikarenakan pada sistem budidaya
kakao manajemen tajuk sangat diperlukan. Manajemen tajuk dalam sistem budidaya kakao
bertujuan untuk melakukan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serta merangsang
pembungaan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dampak dari kerapatan kanopi
terhadap kehadiran serangga pengunjung serta keberhasilan polinasi serangga terhadap
pembentukan biji kakao. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2020 serta April-
Juli 2021 di perkebunan kakao PT Pasir Ucing Timur, Jawa Barat. Pengamatan dilakukan sejak
fase pembungaan (n=375) hingga pembentukan biji pada 45 pohon. Penelitian ini dilakukan
dalam tiga tahap, yaitu: (1) polinasi serangga, (2) hand pollination dan (3) polinasi sendiri.
Pada polinasi serangga dilakukan pengamatan keragaman serangga pengunjung, perilaku
hinggap serta faktor lingkungan penunjang. Pengamatan keragaman menggunakan metode
scan sampling serta koleksi serangga dengan menggunakan metode removal untuk
diidentifikasi di laboratorium. Pengamatan perilaku hinggap dilakukan dengan mengamati
durasi hinggap serta lokasi hinggap serangga pada bunga. Metode removal dilakukan kembali
untuk mengetahui jumlah muatan polen pada serangga. Pengamatan pada percobaan handpollination
dan penyerbukan sendiri dilakukan sampai minggu ke-7 dengan memanen buah
yang terbentuk untuk membandingkan keberhasilan polinasi secara alami oleh tanaman,
bantuan manusia serta bantuan serangga dengan melihat ukuran buah dan jumlah biji yang
terbentuk. Hasil pengamatan kunjungan menunjukkan terdapat sebanyak 112 individu yang
terbagi dalam kedalam empat ordo. Terdapat 61 individu mengunjungi plot kakao kanopi
terbuka dan 51 individu mengunjungi plot kakao kanopi rapat. Berdasarkan hasil indeks
keragaman (H’) menunjukan pada kanopi terbuka dan kanopi rapat tidak memiliki perbedaan
dengan nilai masing-masing 1.46 dan 1.08 secara berurutan. Namun, pada indeks kemerataan
terdapat perbedaan pada kedua jenis kanopi yang menunjukan bahwa terdapat spesies yang mendominasi pada kanopi rapat (E=1) dibandingkan dengan kanopi rapat (E?0). Berdasarkan
hasil frekuensi kunjungan didapati bahwa terdapat perbedaan nyata (P<0.05) kunjungan
spesies Oecophylla smaragdina dan Dolichoderus thoracicus pada dua jenis kanopi tanaman
kakao. Spesies O. smaragdina didapati memiliki frekuensi kunjungan hampir 2 kali lebih tinggi
dibandingkan D. thoracicus pada kanopi terbuka sedangkan pada kanopi rapat terjadi
sebaliknya. Pada uji perilaku didapati bahwa spesies Forcipomyia sp. dan D. thoracicus
melakukan polinasi dengan hinggap di putik dan anther bunga kakao dengan rata-rata muatan
polen yang terhitung pada Forcipomyia sp. sebesar 1.171,87±302,58 butir/ml dan D.
thoracicus sebesar 545,50±243,50 butir/ml. Berdasarkan tiga jenis polinasi, hasil menunjukan
bahwa hand-pollination menghasilkan buah lebih banyak dengan persentase 10,40%
dibandingkan dengan polinasi serangga sebanyak 7,20% dan polinasi sendiri sebanyak 1,60%.
Meskipun hasil buah pada hand-pollination (32,80 ± 1,85 biji/buah) lebih banyak namun
pembentukan biji kakao tidak berbeda nyata dengan polinasi serangga (37,20± 1,85) dan
berbeda nyata dengan penyerbukan sendiri (26,50±1,50 biji/buah). Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa kondisi kanopi dapat mempengaruhi keberhasilan polinasi
secara tidak langsung dengan meningkatkan kelimpahan jenis serangga pollinator. Kemudian,
peran serangga polinator lebih efisien dibandingkan dengan metode polinasi lain pada kondisi
kanopi kakao yang rapat.