digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tersampaikannya produk cacat ke pelanggan adalah konsekuensi dari model produksi cepat yang diimplementasikan oleh kebanyakan perusahaan barang konsumen yang bergerak cepat. PT. Paragon Technology and Innovation, yang merupakan perusahaan lokal yang bergerak di sektor kosmetik, juga mengalami masalah tersebut. Salah satu jenis produk cacat yang ditemukan di jalur kemas TUP-06 di pabrik Jatake 2 milik PT. Paragon Technology and Innovation adalah ketidaksesuaian kemasan sekunder terhadap jadwal pengemasan produk yang direncanakan. Ketidaksesuaian tersebut menimbulkan komplain customer, sehingga beresiko menurunkan brand value dari portofolio produk PT. Paragon Technology and Innovation. Sistem inspeksi yang dirancang bertujuan untuk mencegah resiko tersebut dengan cara memisahkan produk cacat dari jalur pengemasan, sehingga tidak tersalurkan ke pelanggan. Sub-sistem kontrol merupakan salah satu komponen dari sistem yang dirancang yang melakukan kendali terhadap seluruh aktivitas yang melibatkan interaksi dengan mesin cartoning seperti akusisi sinyal iterasi untuk mendeteksi kecepatan pengemasan mesin dan memicu mekanisme penolak mesin cartoning untuk memisahkan produk cacat dari jalur pengamasan. Metode yang digunakan dalam perancangan sistem inspeksi adalah capstone design yaitu desain sistem yang berakar pada kebutuhan pengguna. Kebutuhan pengguna yang harus dipenuhi secara khusus oleh sub-sistem kontrol adalah pembacaan iterasi pergerakan kemasan dan pemicuan penolak pada mesin cartoning yang berdurasi kurang dari sama dengan 400 ms, serta pemberian indikator cahaya dengan rentang intensitas 65 cd sampai 230 cd dan suara dengan intensitas lebih dari 70 dB. Dua spesifikasi pertama diturunkan dari kecepatan pengemasan maksimal mesin cartoning yaitu 75 produk per detik. Dua spesifikasi lainnya diturunkan dari kajian perbandingan kondisi pabrik Jatake 2 dan beberapa dokumen rekomendasi standar penggunaan indikator sebagai alat peringatan. Untuk merealisasikan spesifikasi-spesifikasi tersebut, sub-sistem kontrol dibagi menjadi tiga bagian terpisah yaitu unit kontrol, akuisisi sinyal, dan pemicu penolak. Bagian unit kontrol berfungsi untuk mengkomunikasikan ritme mesin cartoning ii kepada unit pemrosesan. Implementasi bagian unit kontrol adalah mikrokontroller arduino NANO. Pemilihan perangkat tersebut telah memerhitungkan frekuensi mikrokontroller dan beban instruksi yang harus dieksekusi dengan waktu relatif singkat. Kajian telah dilakukan dengan membuat sebuah naskah kode pengujian dan memecahkannya hingga unit instruksi terkecil dalam bahasa assembly. Bagian akuisisi sinyal berfungsi untuk mengkondisikan sinyal dari sistem kelistrikan mesin cartoning agar sesuai dengan spesifikasi unit kontrol. Implementasi bagian akuisisi sinyal adalah rangkaian pembagi tegangan. Pemilihan konsep rangkaian tersebut telah memerhitungkan ketahanan dan kecepatan respon perangkat. Kajian pemilihan tersebut dilakukan dengan membandingkan datasheet dari beberapa opsi perangkat yang ada. Bagian pemicu penolak berfungsi untuk mengendalikan penolak yang terpasang pada mesin cartoning. Implementasi bagian pemicu penolak adalah sebuah perangkat relay 5 VDC. Pemilihan komponen tersebut telah memerhitungkan modularitas dan kecepatan respon perangkan. Kajian pemilihan tersebut dilakukan dengan membandingkan datasheet dari beberapa opsi perangkat yang ada. Hasil pengujian menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan oleh sub-sistem kontrol dalam menyampaikan ritme mesin cartoning kepada unit pemrosesan untuk setiap iterasinya secara rata-rata adalah 36,4 ms dan waktu yang dibutuhkan oleh sub-sistem kontrol dalam menindak lanjuti hasil inspeksi bervariasi dengan rentang sekitar 40 ms sampai 61 ms. Indikator yang terpasang dapat menyala dengan intensitas cahaya sekitar 117 cd dan intensitas bunyi sekitar 90 dB. Proyek ini memiliki sumbangsih yang cukup besar dalam ilmu perancangan yang melibatkan analisis pemilihan unit komputasi karena menawarkan sebuah metode kajian kebutuhan performa komputasi terhadap beban komputasi dan ilmu perancangan perangkan skala industri karena menggunakan dasar-dasar perhitungan kondisi operasional industri dalam implementasinya.