Pertumbuhan penduduk yang meningkat secara eksponensial menjadi suatu tantangan
tersendiri dalam memenuhi ketahanan pangan sedangkan produksi pangan meningkat dengan
kecepatan yang lebih rendah dibanding pertumbuhan penduduk. Dalam memenuhi ketahanan
pangan tersebut, salah satu solusinya adalah dengan menciptakan ketahanan pangan lokal
dalam skala rumah tangga dengan metode urban farming. Hal tersebut karena 56% populasi
dunia tinggal di daerah perkotaan. Terdapat sebuah pola tanam klasik dari Amerika yang
dikembangkan oleh suku Haudenosaunee, yaitu three sisters planting atau Dioheka. Dioheka
adalah pola tanam polikultur organik yang menggunakan tanaman jagung, labu, dan buncis
sebagai komponen utamanya. Salah satu faktor yang menjadi komponen penting dalam
produksi buah buahan adalah penyerbukan, baik oleh serangga, angin, atau air. Serangga yang
memiliki potensi sebagai penyerbuk adalah Trigona laeviceps, yaitu serangga tanpa sengat atau
yang biasa disebut klenceng. Durasi lebah hinggap di bunga atau flower handling time menjadi
parameter yang perlu diperhatikan karena semakin lama lebah hinggap, maka semakin tinggi
pula jumlah nektar pada bunga dan semakin besar pula peluang bunga untuk menjadi buah.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan ruang tumbuh terbaik bagi Dioheka dan pengaruhnya
terhadap flower handling time oleh klenceng. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan
acak lengkap berupa 6 perlakuan ruang tumbuh dan 6 ulangan. Perlakan berupa penanaman
pada growbag berukuran 75 L, 100 L, dan 200 L yang diletakkan di dalam greenhouse
bersamaan dengan koloni klenceng. Hasil penelitian menunjukkan kedatangan klenceng
tertinggi terdapat pada tanaman jagung pada growbag 200 L yaitu 1327,2 detik per hari dan
pada labu pada growbag 100 L, yaitu 571,8 detik per hari sedangkan tanaman buncis tidak
didatangi oleh klenceng. Pada tanaman jagung dan buncis, buah dengan hasil tertinggi adalah
buah yang tumbuh di growbag 200 L sedangkan tanaman labu tidak menghasilkan buah.