digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Yosephine Rania Angela
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Kota Batam merupakan salah satu kepulauan di Indonesia yang dikeliling oleh lautan yang memberikan peluang besar dalam sektor perikanan. Hal tersebut menjadikan Kota Batam sebagai kota destinasi wisata kuliner khususnya hidangan laut bagi para wisatawan mancanegara maupun lokal yang berkunjung ke Batam. Kuliner sendiri dapat menjadi daya tarik dan peletakan destinasi wisata yang sangat efektif. Wisatawan dapat membedakan kekhasan setiap daerah melalui kulinernya. Hubungan yang erat antara kuliner dan pariwisata tidak dapat dipisahkan karena setiap destinasi dapat menggunakan kuliner untuk mewakili pengalaman budaya, status, dan kelokalannya. Selain dari potensi alam, Batam sendiri memiliki potensi besar dalam budaya. Batam adalah salah satu kota yang berpenduduk asli Melayu. Lokasi perancangan yang terpilih berlokasi pada salah satu kampung tua yang ada di Kecamatan Sekupang, yaitu Kampung Tua Mentarau di Kelurahan Patam Lestari. Kampung Tua sendiri dulunya berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal penduduk asli Kota Batam sebelum tahun 1970 saat Batam mulai dibangun, yang masih kental akan nilai sejarah, budaya, dan agama. Keberadaan perkampungan tua di Kota Batam yang terus mengalami penggusuran mengakibatkan hilangnya bukti sejarah dari Tanah Melayu. Dengan dilakukannya pemetaan terhadap kampung tua tersebut diharapkan dapat melestarikan kampung tua yang bernuansa Melayu. Lokasi Kampung Tua tersebut berada di tepi laut yang dapat menjadi potensi besar untuk dikembangkannya kawasan tepi laut di Kota Batam. Prinsip perancangan kawasan tepi laut dapat memberikan keunikan bagi suatu kota. Seperti kita ketahui, perkembangan arsitektur modern minimalis yang tengah marak saat ini mengakibatkan hilangkan identitas lokal pada suatu daerah. Arsitektur nusantara sendiri menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia. Kekayaan kuliner Indonesia yang disajikan pada restoran berarsitektur nusantara akan memberikan cita rasa khas Indonesia, khususnya di Kota Batam yang tidak dapat diperoleh di tempat lain. Perlu didukung oleh desain restoran yang mengadopsi arsitektur lokal dan interior yang menonjolkan atmosfer budaya lokal. Selain itu, kawasan tepi laut Batam dapat berfungsi sebagai pintu gerbang pariwisata sekaligus simbol suatu kota, daerah, dan negara sehingga baik dalam perancangaan mengangkat konteks sekitar yang ada. Pada perancangan ini ingin mengembalikan identitas arsitektur tradisional Melayu Riau sehingga perancangan pusat kuliner menggunakan pendekatan arsitektur regionalisme. Penggunaan arsitektur regionalisme memberikan suasana dan ekspresi bangunan yang mencerminkan karakter Melayu Riau. Rancangan mengangkat budaya melayu dan arsitektur Melayu, seperti pada orientasi bangunan, bentuk atap, tangga, dan ornamen-ornamen khas Melayu. Perancangan diharapkan dapat mengembalikan identitas arsitektur lokal dengan adaptasi yang lebih modern.