digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Khairunnisa Puspawardhani
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER-Khairunnisa Puspawardhani.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II-Khairunnisa Puspawardhani.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB I-Khairunnisa Puspawardhani.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III-Khairunnisa Puspawardhani.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV-Khairunnisa Puspawardhani.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB V-Khairunnisa Puspawardhani.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Khairunnisa Puspawardhani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN-Khairunnisa Puspawardhani.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Acne vulgaris merupakan salah satu penyakit kulit paling umum di dunia, dengan prevalensi tertinggi ditemukan pada kalangan remaja berusia 12-24 tahun. Salah satu faktor yang berperan besar dalam patogenesis acne vulgaris adalah bakteri Cutibacterium acnes. Meskipun cenderung tidak berbahaya, acne vulgaris diketahui dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan rasa rendah diri pada penderitanya. Formulasi anti-jerawat yang tepat menjadi kunci untuk merawat acne vulgaris. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi biosurfaktan dalam formulasi skin care anti-jerawat untuk perawatan acne vulgaris, baik sebagai senyawa tunggal maupun melalui kombinasi dengan bahan-bahan aktif seperti zinc oxide (ZnO) dan asam salisilat. Pertama, dilakukan penapisan antara biosurfaktan yang dihasilkan oleh bakteri isolat F7 (Bacillus clausii) dan isolat 16 (Bacillus licheniformis). Penapisan biosurfaktan dilakukan dengan melihat aktivitas antimikroba dari biosurfaktan F7 dan 16 terhadap bakteri C. acnes pada konsentrasi yang berbeda-beda (450 ppm; 225 ppm; 112,5 ppm; 56,25 ppm; 28,125 ppm) dan didapatkan hasil bahwa biosurfaktan F7 memiliki persentase inhibisi pertumbuhan bakteri yang lebih tinggi. Untuk mendapatkan formulasi anti-jerawat yang optimal, digunakan response surface methodology melalui desain Box-Behnken (BBD). Melalui BBD, didapatkan desain eksperimental yang melibatkan tiga variabel bebas dengan variasi konsentrasi, yaitu zinc oxide 0- 2% (w/v), asam salisilat 0-2% (w/v), dan biosurfaktan F7 25-200 ppm dengan respons utama berupa diameter zona inhibisi pertumbuhan C. acnes. Hasil pengujian menunjukkan adanya efek sinergis antara biosurfaktan F7 dan asam salisilat. Diameter zona inhibisi tertinggi didapatkan pada formulasi yang mengandung 2% ZnO, 2% asam salisilat, dan 112,5 ppm biosurfaktan F7. Melalui desain tersebut, didapatkan suatu model teoritis yang mampu memprediksi diameter zona inhibisi pertumbuhan C. acnes oleh formulasi biosurfaktan, asam salisilat, dan ZnO. Menggunakan response optimizer, didapatkan kondisi variabel yang optimal berupa konsentrasi ZnO 2%, asam salisilat 2%, dan biosurfaktan F7 146,9 ppm. Untuk mengonfirmasi model yang didapatkan dari BBD, dilakukan uji antimikroba di laboratorium menggunakan formulasi optimal tersebut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa diameter zona inhibisi eksperimental, yaitu 21,25 ± 0,5 mm, sesuai dengan diameter zona inhibisi hasil prediksi, yaitu 21,36 mm. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model tersebut bersifat reliable. Hasil penelitian ini menunjukkan potensi biosurfaktan F7 sebagai salah satu bahan dalam formulasi skin care anti-jerawat untuk merawat acne vulgaris.