ABSTRAK Muhammad Tegar Pambudi
PUBLIC Yati Rochayati COVER Muhammad Tegar Pambudi
PUBLIC Yati Rochayati BAB 1 Muhammad Tegar Pambudi
PUBLIC Yati Rochayati BAB 2 Muhammad Tegar Pambudi
PUBLIC Yati Rochayati BAB 3 Muhammad Tegar Pambudi
PUBLIC Yati Rochayati BAB 4 Muhammad Tegar Pambudi
PUBLIC Yati Rochayati BAB 5 Muhammad Tegar Pambudi
PUBLIC Yati Rochayati BAB 6 Muhammad Tegar Pambudi
PUBLIC Yati Rochayati PUSTAKA Muhammad Tegar Pambudi
PUBLIC Yati Rochayati
Interaksi antara gelombang elektromagnetik dan elektron konduksi pada logam
menghasilkan karakteristik puncak absorbansi dan penguatan medan lokal disekitar
nanopartikel, fenomena yang terjadi disebut sebagai localized surface plasmon
resonance atau LSPR. Karakteristik LSPR pada struktur nano logam dapat diatur
berdasarkan jenis material, indeks bias medium di sekitar partikel, jarak antar
partikel, dan lain sebagainya. Dengan mengurangi jarak antar nanopartikel logam,
suatu daerah yang disebut sebagai hotspot muncul dan ini dapat dimanfaatkan
dalam beberapa aplikasi, sebagai contohnya adalah sensor. Pada penelitian ini,
dilakukan studi terkait dengan struktur array nanopartikel emas (AuNP)
menggunakan pendekatan komputasional dan eksperimental. Pada pendekatan
komputasi, dilakukan koreksi terhadap model medium efektif Maxwell Garnett
(MG-EMT) untuk meningkatkan validitas model dengan filling fraction tinggi
hingga 0,5. Pendekatan model regresi machine learning dengan dataset yang
dihimpun menggunakan kalkulasi numerikal FEM digunakan dalam analisis
koreksi. Model koreksi diturunkan berdasarkan adanya pengaruh kopling near-field
kuat pada respon permitivitas material. Hasil menunjukkan kenaikan validitas
model terkoreksi dengan filling fraction hingga 0,5 yang lebih baik dibandingkan
dengan model awal MG-EMT. Profil spektrum optik menunjukkan kesesuaian
dengan kalkulasi FEM, namun beberapa deformasi muncul untuk kasus ukuran
partikel yang besar dan/atau indeks bias medium pembawa yang tinggi meskipun
daerah puncak spektrum yang prediksi model terkoreksi masih sesuai. Kalkulasi
pada struktur AgNP turut dilakukan, dan diperoleh bahwa nilai kuat eksitasi
plasmon berpengaruh pada rentang validasi model terkoreksi akibat adanya
perubahan struktur elektronik di luar medium efektif akibat leakage dari field
enhancement. Model terkoreksi kemudian digunakan dalam menganalisa pengaruh
parameter fisis terhadap respon optik. Analisis perubahan respon optik kemudian
dikaitkan dengan jenis kopling yang terjadi pada struktur array, dianalogikan
dengan model interaksi molekular. Didapatkan pula bahwa perubahan indeks bias
medium pembawa menunjukkan pergeseran linear dari puncak absorbansi sehingga
struktur dapat dimanfaatkan dalam aplikasi sensor. Kopling near-field yang
semakin kuat terkait pula dengan sensitivitas yang semakin tinggi. Pada rentang uji,
didapatkan parameter optimum pada ukuran AuNP sebesar 15 nm dan celah antar
partikel sebesar 1 nm dengan sensitivitas sebesar 319,6 nm/RIU dan FOM sebesar 5,5 RIU-1
. Adapun pada pendekatan eksperimen, fabrikasi material dilakukan
dengan menggunakan metode bottom-up dimana sumber daya yang dibutuhkan
relatif lebih rendah daripada metode top-down. Metode yang digunakan merupakan
modifikasi dari metode interfacial trapping sistem tiga fasa dan metode transfer
Langmuir-Schaefer dalam memfabrikasi struktur array Janus AuNP. Sintesis
AuNP menggunakan metode reduksi citrate menghasilkan ukuran 15,3 nm serta
puncak plasmonik pada 518 nm. Pembentukan array Janus memanfaatkan
minimasi energi Helmholtz dan migrasi partikel dari fasa koloidal ke antarmuka
air/udara melalui antarmuka air/minyak, dimana fasa minyak terdiri dari heksana
dan molekul dodecylamine. Hasil fabrikasi menunjukkan puncak absorbansi pada
670 nm dimana red-shift terjadi akibat kopling near-field antar partikel
dibandingkan dengan fasa koloidal. Cacat berupa void dan lapisan bertumpuk
terlihat dari hasil karakterisasi TEM yang mungkin diakibatkan karena proses
evaporasi pelarut hingga migrasi partikel. Metode fabrikasi yang diajukan
membuka peluang fungsionalisasi akibat terbukanya akses terhadap permukaan
teradsorpsi citrate pada bagian atas material yang dapat digunakan dalam interaksi
kovalen maupun non-kovalen. Uji deteksi molekular menggunakan molekul
berbasis gugus fungsi amina dilakukan dengan alkilamin dan biocytin, adsorpsi
divalidasi menggunakan karakterisasi FTIR-ATR. Ditemukan fenomena blue-shift
~50 nm untuk kasus deteksi alkilamin, namun hanya ~20 nm untuk kasus deteksi
biocytin. Pemodelan dengan FEM menunjukkan tendensi pergeseran puncak akibat
perubahan indeks bias serta adanya daerah hotspot pada struktur yang telah
difabrikasi. Diduga perbedaan sensitivitas deteksi molekul alkilamin dan biocytin
diakibatkan perbedaan konformasi molekul pada permukaan emas yang
mengganggu akses molekul pada daerah hotspot.