digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ezra Briano Gautama
Terbatas Perpustakaan Prodi Arsitektur
» ITB

Setiap kota pasti memiliki sejarah dan cerita masing-masing. Sejarah atau cerita ini yang kemudian membentuk identitas kota tersebut dan membuat suatu kota menjadi unik dari kota yang lain. Seiring pesatnya perkembangan kota akibat perkembangan zaman dan globalisasi, identitas suatu kota semakin lama semakin pudar dan kawasan bersejarah seringkali terbengkalai. Pembangunan seringkali berpusat pada perekonomian kota dan melupakan unsur budaya suatu kota. Jakarta sendiri memiliki kawasan bersejarah seperti Kota Tua yang merupakan salah satu identitas kota Jakarta. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kualitas kawasan ini agar dapat kembali menjadi icon Kota DKI Jakarta. Telah muncul beberapa usaha atau bisnis yang memberi fungsi baru pada bangunan lama untuk kembali menghidupkan kawasan Kota Tua. Namun belum terjadi upaya serempak yang dapat menciptakan momentum untuk berkembangnya perekonomian di Kota Tua secara signifikan. Perancangan bangunan dengan fungsi baru dapat menjadi pendorong perekonomian Kota Tua. Hal ini merupakan efek dari banyaknya pengunjung yang berdatangan dan menciptakan potensi ekonomi baru. Sebagai proyek perancangan yang akan menciptakan ikon baru pada Kota Tua, perlu ada strategi perancangan untuk menghadirkan bangunan baru yang tetap menciptakan keharmonisan dengan konteks sekitar. Konsep desain kontekstual hadir untuk menjawab permasalahan tersebut. Dengan menerapkan konsep tersebut, perancang dapat menghadirkan rancangan yang memiliki kebaruan namun tetap memiliki keterkaitan dengan identitas atau ciri lokal. Selain dari bentuk, fungsi bangunan juga perlu dipertimbangkan apabila ingin memenuhi tujuan sebagai ikon baru kawasan yang dapat menarik banyak pengunjung. Fungsi komersil dan kreatif akhirnya dipakai untuk proyek perancangan ini melihat dari preseden proyek serupa yaitu M Bloc Space dimana ruang kreatif yang didukung dengan kegiatan komersil dapat kembali menghidupkan kawasan yang hampir mati. Namun sebatas fungsi tidak dapat menjawab seluruh permasalahan yang ada. Kegiatan kaum muda yang dinamis dan rawan dipengaruhi tren menciptakan ketidakpastian dalam arah gerak, minat, kondisi sosial, dan kondisi lainnya. Maka dilakukanlah analisis untuk mengintervensi isu secara arsitektural yaitu kemudian dijawab dengan menghadirkan desain arsitektur yang fleksibel. Fleksibilitas arsitektur ini diharapkan dapat menjawab permasalahan tersebut dan menjadi wadah yang resilien untuk masa yang akan datang. Desain kontekstual dan desain fleksibel dengan fungsi komersil dan kreatif menjadi tulang punggung perancangan. Perancangan proyek fiktif ini berlokasi di Jl. Pintu Besar Utara, Kota Tua, Jakarta Barat dengan luas lahan 4000m2. Proyek ini diasumsikan sebagai bagian dari arahan Pemprov DKI Jakarta dalam upaya revitalisasi kawasan Kota Tua. Proyek ini akan menyediakan tiga fungsi utama yaitu komersil, eksibisi, dan konservasi cagar budaya. Lahan proyek terletak pada bangunan Laboratorium Pusat Konservasi Cagar Budaya eksisting sehingga fungsi tersebut perlu dihadirkan kembali. Fungsi eksibisi dihadirkan untuk menjawab tren saat ini dimana banyak kaum muda yang gemar berkunjung ke pameran atau pementasan seni yang mengakibatkan naiknya kepekaan kaum muda terhadap apresiasi karya seni. Fasilitas eksibisi terbagi menjadi dua bagian yaitu ruang eksibisi dan ruang auditorium. Sedangkan fungsi komersil dihadirkan sebagai penunjang dari fungsi-fungsi lainnya dan sebagai penunjang bagi pariwisata Kota Tua secara luas. Secara garis besar, proyek ini bertujuan untuk menjadi penunjang pariwisata dan memantik perekonomian sekitar untuk membantu meningkatkan kualitas kawasan secara umum.