digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Daerah penelitian terletak di Wawoni Tenggara, Pulau Wawoni, Kabupaten Konawe Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengenali kondisi hidrogeokimia mata air di daerah penelitian, (2) mengetahui sumber ion terlarut, (3) mengetahui estimasi daerah resapan mata air, dan (4) mengetahui potensi gangguan dari pertambangan terhadap airtanah setempat. Metode yang digunakan yaitu kolaborasi antara hidrogeologi dengan geomorfologi. Berdasarkan aspek geomorfologi, dilakukan analisis rasio cabang sungai (Rb) dan densitas kelurusan (FFD). Berdasarkan aspek hidrogeokimia dilakukan pengujian sifat fisika-kimia airtanah secara in situ dan pengujian laboratorium yang berupa pengujian ion mayor, REE, dan isotop stabil 18O, 2H dan 13C. Berdasarkan analisis Rb dan FFD, kekar dan sesar mempengaruhi keterbentukkan mata air secara keseluruhan. Ditemukan 5 mata air panas di daerah penelitian. Mata air panas memiliki komposisi dan nilai parameter sifat fisika-kimia yang berbeda bila dibandingkan dengan mata air dingin. Mata air panas umumnya memiliki temperatur, TDS, EC, dan salinitas yang tinggi, serta nilai pH yang relatif rendah. Hadirnya mata air panas juga sedikit dipengaruhi oleh adanya aktivitas panas bumi yang ditandai oleh adanya sedikit bau belerang pada mata air panas. Secara umum mata air di daerah penelitian termasuk ke dalam fasies airtanah magnesium bikarbonat dengan pengayaan unsur Ca, Mg, dan HCO3 dominan. Proses lain yang terjadi pada seluruh mata air yaitu proses hidrasi silikat ditandai dengan pengayaan komposisi ? 2H dan deplesi komposisi ? 18O. Secara keseluruhan nilai isotop stabil ?18O dan ?2H memiliki massa yang ringan, hal tersebut kemungkinan terjadi akibat adanya pengaruh kelembapan berlebih yang diakibatkan oleh rendahnya suhu pada daerah penelitian. Proses CO2 degassing pun ikut menyertai pada 4 buah mata air di daerah penelitian. Ion terlarut Ca2+, Mg2+, dan HCO3 diinterpretasi sebagai mineral terlarut dari batugamping dan batugamping termetamorfkan pada daerah penelitian, sedang Na+ dan K+ diduga berasal dari batuan ultramafik dan metamorf setempat. Resapan mata air pada SP03 diestimasi berada di perbukitan sebelah Utara-Timurlaut dengan elevasi 77-329 mdpl, sedangkan estimasi resapan SP09 berada di ketinggian 142-347 mdpl pada bukit di sebelah utara dari titik lokasi mata air. Gangguan terhadap kualitas dan kuantitas airtanah dapat terjadi pasca dilakukannya aktivitas penambangan pada PIT Tambang Nikel PT. X. Secara keseluruhan, airtanah di daerah penelitian dipengaruhi oleh kekar dan sesar serta memiliki hubungan yang kuat dengan litologi batugamping termetamorfkan, batugamping dan batuan beku ultramafik.